Can i hold your hand?
Nial sampai di depan Rumah Kay dan menekan tombol bel yang ada di samping pagar hitam.
"Siapa itu?" tanya Papa Kay dari dalam sambil membuka pintu rumahnya.
"Ini Nial, Om."
"Oalah Nial toh—ayo masuk aja nak pantesan tadi Kay bilang tolong bukain pager." kata Papa Kay sambil mempersilahkan Nial masuk, "Mau minum apa?"
"Eh gak usah repot-repot Om bentar doang ini cuman nungguin Kay siap-siap."
"Ah kamu tau kan cewek kalau siap-siap lama." lalu Papa Kay memanggil bibi yang ada di dapur, "Mba, kopi dua ya."
"Yailah si Om mah repot-repot kan Nial jadi enak." kata Nial sambil terkekeh.
"Hahaha bisa aja anak muda. Mau kemana hari ini sama Kay?" kata Om Santo membuka pembicaraan.
"Cuman mau ke Cafe temen, Om. Dia baru open hari ini terus Nial ajak si Kay." kata Nial menjelaskan.
"Alah modus aja paling mau pacaran."
"Oh kalo itu mah belom, Om. Doain aja ya lancar hahaha."
"Aduh enaknya anak muda. Istri Om mah arisan mulu. Si Kaheel juga sibuk kuliah maklum lah udah semester 5. Yang sering di rumah tuh si Kay padahal udah Om bilang boleh main tapi emang dasarnya anak rumahan aja dia mah. Bagus lah Nial kamu ajak dia keluar." kata Om Santo—sedikit curhat.
Nial mengangguk mendengar perkataan Om Santo dan berkata dengan pede, "Oke, tenang Om. Kalo nanti udah pacaran ama Kay—keliling dunia juga bakal dijabanin asal sama Kay."
"Ngehalu mulu bocah. Tuh tuh kayaknya si Kay udah turun—parfumnya kecium ampe bawah. Make parfum sebotol ya dek?" tanya Papa Kay dengan suara yang agak keras agar terdengar oleh Kay.
"Hah nggak—ini mah emang dedek yang wangi. Udah ya jangan ditahan lagi Nialnya—mau berangkat nih udah sore. Oh iya aku tadi ambil cepe dua ya yang di meja. Assalamualaikum Papski." kata Kay sambil memakai flatshoes nya dan membuka pintu rumah.
"Main ngambil duit aja. Iya hati-hati. Jangan lupa pulang, jangan mampir oyo." canda Om Santo.
"Hahahah yee si Om mah bercanda mulu dah. Yaudah Nial pamit ya Om, Assalamualaikum." kata Nial lalu keluar mengikuti Kay.
"Tadi ngomongin apa aja sama Papa?" tanya Kay membuka percakapan.
"Gak ada. Itu urusan para lelaki." Kata Nial.
"Sok banget emang laki apa lu."
"Yeh parah udah lakik banget gua ini." kata Nial sambil menunjukan urat-urat yang ada di tangannya.
"Hahahaha iya iya percaya. Kenapa sih tangan cowok serem banget berurat gitu ngebayangin kalo ditonjok gimana."
"Ya gak bakal ditonjok lah paling dielus elus dan dijaga aja lu mah kalo sama gua." kata Nial sambil tersenyum jail dan melihat kearah Kay yang sudah dipastikan mukanya memerah.
"Gak usah nengok-nengok sini lu lagi nyetir." kata Kay mengalihkan topik.
"Iya iya paham yang lagi salting mah." kata Nial sambil tertawa. Ia pikir Kay sangat lucu saat sedang salah tingkah lalu marah-marah seperti ini. "Kay tapi tangan kanan lu nganggur."
"Ya terus kenapa?" kata Kay bingung sambil menaikan satu alisnya.
"Can i hold your hand?" tanya Nial meminta izin sambil menoleh ke samping melihat kearah Kay karena sedang lampu merah.
Ada jeda 30 detik sebelum Kay menjawab dan saat lampu merah berganti menjadi lampu hijau, ia pun mengangguk pelan merespon ucapan Nial.
Karena telah mendapat persetujuan dari perempuan di sebelahnya, Nial pun meraih tangan kanan Kay dan menggenggamnya.
Tangannya Nial enak banget pas,batin Kay.