Random moment




"Gue lihat Jericho semalam jalan sama cewek" Ujar salah satu teman kelas Prima.


"Iya."


"Mereka sambil rangkul-rangkulan mesra banget deh pokoknya. Kok cuman iya aja sih tanggapan lo?"


"Gue harus gimana lagi?"


"Lo kenapa jadi sedeket itu sih sama Jericho? semua udah tau kalau dia itu brengsek. ganteng memang si Jericho tuh jujur aja nih gue, tapi kalo brengsek banget buat apa, Prima."


"Gue gak sedekat itu kok." selak Prima.


"Terus apa kalau gak dekat?" tanya temannya lagi.


"Kaya.... ya udah aja gitu. sikap gue ke dia tuh cuman ngikutin sikap dia ke gue dan naluriㅡ


"Lo suka ya sama Jericho?" Sela temannya yang bernama Yomi.


Prima menggeleng pelan lalu diam dan berpikir. "Engga kok."


Yomi menghembuskan napasnya kasar. "Gue tau banget kalau lo lagi jatuh cinta, kasusnya sama kaya lo sama Daniel dulu."


"Tapi gue bakalan lebih hati-hati. lagian gue cuman temenan doang."


"Memang nya lo gak takut udah hati-hati tapi masih tetep jatuh di penangkaran buaya?"


"Gue gak bakalan jatuh. lo tenang aja." jawab Prima.


Seperti yang Prima bilang di malam saat mereka bersenang-senang, gadis itu ingin menjadi teman Jericho dan Jericho yang meminta Prima untuk tidak menghindarinya.


Keduanya sepakat untuk tidak saling menghindari. tapi terkadang jika Prima menerima sentuhan Jericho, dia hanya diam saja menikmati. tidak bisa menghindari pesona seorang Jericho.


Atau... memang benar apa kata Yomi, kalau Prima memang telah jatuh di penangkaran Jericho?


"Hai sayang..." Sapa Jericho yang tiba-tiba datang menghampiri Prima dan Yomi.


"Sayang-sayang. memang nya udah jadian pake sayang-sayang segala." Bukannya Prima yang menyaut tapi malah Yomi yang langsung menyemprot Jericho.


"Tergantung teman lo sih, mau nerima gue apa engga." jawab Jericho.


"Kalau semisalnya engga?" tanya Yomi.


Prima hanya diam dan menunggu jawaban dari Jericho. lelaki itu menatap wajah Prima.


"Bakalan gue kejar." ucapan Jericho terdengar serius, tapi bagi Prima keseriusan Jericho itu masih sangat diragukan.


"Mending urusin cewek lo yang semalam lo ajak jalan tuh." ujar Yomi dengan ketus.


"Bukan cewek gue." dengan santainya Jericho menjawab seperti itu.


Sampai sekarang banyak orang yang tidak pernah tau atau tidak pernah bisa menebak siapa satu gadis yang di seriusin Jericho. kedua teman dekatnya Harel dan juga Yonda juga tidak pernah tau siapa gadisnya.


Memang tidak ada yang bisa di harapkan banyak dari seorang lelaki yang bernama Jericho Bagaskara.






"Kamu jadi naik grab kan? tuh, suara klaksonnya udah di depan." Ayah Prima hendak dari kursi dan berjalan ke arah pintu keluar. "Grab ya, mas?" teriaknya pada seseorang di luar. "Sana berangkat, Nak. mas nya udah nunggu."


Prima segera menyambar totebagnya di kursi, memakai /flast shoes/ terburu-buru. lalu dia mencium punggung tangan ayahnya sebelum keluar dari rumah. "Aku berangkat ya, Pa."


Setelah menutup pintu rumah. Prima baru sadar kalau dirinya sama sekali belum memesan grab lewat aplikasi. tapi diluar pagar Prima melihat lelaki yang tengah duduk di atas motor.


Prima melangkahkan kaki ke arahnya "Ini mbak Prima Anjani, ya? barusan itu ayahnya ya, yang teriakin saya? saya sudah sampai lima menit yang lalu." lelaki itu menyodorkan helm pada Prima. "Dipake dulu mbak helmnya biar gak ketilang. repot kan nanti kalau ketilang."


Prima mengambil helm itu lalu tertawa kecil. "Apaan sih, Jerichooooooo. random banget."


Prima tidak mengerti semakin hari komukasi dirinya dengan Jericho semakin membaik dan pertemuannya dengan Jericho semakin meningkat. Jericho yang selalu menawarkan diri untuk mengantar pulang Prima, menjemputnya secara tiba-tiba dan mengajaknya bertemu diluar kampus. Prima tidak menolak seperti dulu lagi.


Tapi Prima masih mempunyai batas untuk tidak terlalu banyak berharap. walaupun terkadang perlakuan Jericho yang membuatnya lengah.






"Prima." panggil Jericho pelan.


Keduanya tengah menikmati eskrim di ruang tengah apartemen Jericho.


"Kenapa?"


"Lo kenapa kadang masih suka cuek sama gue. lo kaya yang iya iya aja gitu kalau sama gue?"


"Gak terima kalau gue cuekin memang?"


"Terima kok gue, tenang aja." Jawabnya sambil tersenyum, lalu tangan besarnya menyingkirkan rambut Prima yang menghalangi wajah cantiknya.


"Gue masih bingung di malam itu, lo pernah bilang gak mau bikin senang cewek yang belum move on karena gak mau kalau lo ajak senang, si cewek gak bayangin lo. bukannya itu tantangan juga ya buat lo?"


Jericho menghela napasnya pelan sebelum berbicara. "Buat apa, Prima. gue bikin senang tapi mereka gak bayangin gue. Makanya gue gak pernah mau nerima cewek yang belum move on. gue bukan obat, gue bukan pemyembuh luka."


"Malam itu lo bayangin wajah gue kan?" Tanya Jericho dan Prima hanya diam tidak menjawab. "Kalau malam itu lo nipu gue dan gak bayangin wajah gue gapapa."


"Kalau iya?" ujar Prima.


"Gue bakalan bikin lo bayangin wajah gue walaupun itu menantang." Tangan Jericho mengelus lembut pipi Prima, pandangan Prima mengikuti arah tangan Jericho yang lama-lama turun ke arah leher dan pundaknya. "Boleh gue coba tantangan itu?"


"Tapi gue gak bilang kalau gue gak bayangin wajah lo."


"Berarti lo bayangin wajah gue?"


Prima hanya mengangguk sebagai jawabannya.


"Kalau gitu... lo mau senang-senang sama gue lagi?"


"Gue lagi datang bulan." Tolak Prima. lalu dia memakan eskrimnya kembali.


"Setelah itu?" Ujarnya dengan candaan.


"Jer." Prima langsung menatap wajah


Jericho malah terkekeh melihat Prima yang menatapnya sinis. "Kalau gue bilang ada sisa eskrim di sudut bibir lo, lo percaya gak?"


"Terus lo mau sok bersihin sisa eskrimnya gitu kan?"


"Ketauan deh gue." gumam Jericho sambil mengigit bibir bawahnya.


Dan Jericho sedang menebarkan pesonanya di depan Prima.


Jericho mencondongkan tubuhnya ke arah Prima. "Kalau gue nawarin buat hapus sisa eskrim itu gimana?" Tanyanya.


"Gue bisa sendiri kok."


Namun sebelum Prima mengambil tisu di atas meja, tangan Jericho sudah terangkat. telapak tangan itu menangkup satu sisi wajah Prima, "Bukan pakai tisu, sayang."


"Pakai ciuman gue." Ujar Jericho. dia tidak perduli dengan Prima yang setuju atau tidak. Jericho memajukan wajahnya dan mendaratkan bibirnya pada bibir Prima. Lidahnya dia keluarkan sedikit untuk menghapus sisa eskrim itu.


Prima merasa dirinya seperti murahan yang tidak pernah menolak sentuhan Jericho. dia selalu menerima itu dengan baik.






"Lo pernah gak sih ada kepikiran buat serius sama Prima? Gue lihat lo sama dia kaya happy banget, beda aja gitu sama cewek-cewek sebelumnya. apa lo naksir beneran sama dia bukan cuman sekedar close friend?" ujar Yonda pada Jericho yang begitu penasaran.


Jericho menghisap sampai habis sisa rokoknya. asapnya dia hembuskan ke udara. "Gue gak tau."


"Kenapa gak tau?" Tanya Harel.


Jericho membuang putung rokoknya ke tanah lalu dia injak. "Iya, gue suka sama dia. tapi gue takut gak bisa menjamin apa-apa setelahnya."


"Tapi lo gak bisa, Jericho. mainin perempuan terus. lo memang bisa bikin senang mereka. tapi mereka bukan tempat buat bersenang-senang apalagi cuman sesaat." sahut Harel.


"Gue pingin serius sama satu cewek, tapi gak bisa." karena Jericho mempunyai alasannya sendiri.






/Jericho : Lagi dimana?/


/Prima : Di kantin/


/Jericho : Jangan pesan makan dulu dong, makan nya bareng sama gue aja/


/Prima : Pesan minum doang kok/


/Jericho : Lo mau makan sate padang gak?/


/Prima : Gak ada yang jual kalo siang kali/


/Jericho: Ada kok. nanti kita cari ya, gue 5 menit lagi kelar kelas/


Jericho memang akan serandom itu jika dia menyukai seseorang. entah sebagai temannya atau sebagai gadisnya.


Sate padang di siang hari memang tidak semudah itu dicari. akhirnya mereka berdua mengambil opsi lain untuk mengisi perut dengan mie ayam hijau.


"Gue mau nanya boleh?" Tanya Jericho.


"Boleh."


"Lo sebenarnya masih mau dekat sama gue tuh karena memang persetujuan kita untuk gak saling ngejauh aja?"


"Iya karena itu." jawab Prima.


"Memangnya gak ada alasan lain? misalnya... lo suka sama gue gitu?" Jericho berkata ber-pasan dengan pesanan mereka. sehingga mbak pelayan mendengar. "Karena lo suka sama gue makanya lo tetap bertahan." lanjut Jericho.


Prima melihat ekspresi mbak pelayan yang sempat tertegun mendengar perkataan Jericho.


"Suka gak lo sama gue?" desak Jericho karena Prima diam saja. "Gue suka nih sama lo."


Mbak pelayan pun kembali membawa saus dan juga sambal. "Mbak, masa saya nanya dia suka sama saya gak di jawab. padahal saya udah terang-terangan bilang suka sama dia." ujar Jericho pada mbak pelayan dan membuat Prima menginjak kaki Jericho yang beralas sepatu.


Mbak pelayan itu hanya tersenyum menatap Jericho sesaat lalu setelahnya dia pergi.


"Prima..." suara Jericho membuat Prima mendongak. gadis itu diam menunggu Jericho kembali bicara.


"Gue butuh lo...


...butuh lo lebih dari apapun."


Prima tetap diam, ekspresi wajahnya datar tapi tidak dengan hatinya yang berdegup kencang. dia tidak menjawab dan memilih menuangkan kuah bakso pada mie ayamnya.



















kira-kira Jericho butuh Prima untuk apaya? terus juga alasan dia gak bisa fix sama satu cewek tuh kenapa👀