hoonjay — galih yang terlalu paham dengan gemi

kedua manik itu mengerjap pelan sembari berusaha menyesuaikannya dengan pencahayaan sekitar, bersamaan dengan indera pendengarannya yang samar-samar mendengar suara aktivitas di luar kamar. hingga kesadaran perlahan menghampiri ke permukaan ketika gemintang merasa kerongkongannya kering, akhirnya masih dengan pening yang menghantam kepala ia berusaha bangkit dari kasur empuk demi melepas dahaga. langkah lunglai itu berjalan menuju ruang makan, berusaha tetap memfokuskan dirinya agar tak menabrak sesuatu.


saat memasuki ruang makan, maniknya mendapati pemandangan seseorang yang tengah membelakanginya sembari mengaduk kecil sesuatu di dalam panci, yang semakin gemintang mendekat, semakin pula ia dapat mencium wangi masakan yang menggiurkan.


“oh, udah bangun?” sarkas galih ketika telinganya menangkap derap langkah kaki mendekat yang sudah ia pastikan adalah si pemilik apartemen.


gemintang tak membalas, melainkan langsung mendudukkan diri sembari menelungkupkan tangannya di atas meja makan, “haus… air… lih… tolong,” pintanya dengan suara serak khas seseorang yang baru bangun tidur.


galih menghela napas kasar namun tetap menuruti permintaan gemintang. lalu begitu dahaganya tertuntaskan, gemintang mendongak menatap galih yang juga tengah menatapnya kesal walau terselip tatapan khawatir yang lelaki jangkung itu berikan padanya.


“kok udah di sini? bukannya lo baru balik nanti sore?” tanya gemintang bingung, berusaha acuh dengan tatapan yang diberikan oleh galih.


giliran galih yang tak menjawab, ia malah memilih untuk berbalik badan dan melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.


gemintang yang diabaikan mengernyit heran, berulang kali memanggil nama galih tapi tak kunjung mendapat balasan dari sang lawan bicara.


“GALIH!” serunya kesal sebab terus-terusan diabaikan oleh galih.


barulah galih menoleh sekilas padanya, “apa?”


“gue tanya kenapa nggak dijawab sih?!”


untuk kedua kalinya gemintang mendengar hela nafas kasar dari galih, “kalau gue udah di sini ya berarti urusan gue udah kelar.” balas lelaki kelahiran desember tersebut dengan nada ketus yang begitu kentara.


setelahnya hening menguasai ruang makan sebab gemintang memilih diam seraya sibuk memikirkan pasti ada hubungannya dengan ia yang mabuk semalam hingga lelaki di depannya ini bersikap acuh, sementara galih sendiri masih memfokuskan diri pada masakannya.


belum selesai dengan pikirannya si taurus tiba-tiba merasakan sensasi tak nyaman di perutnya, dengan segera ia berlari menuju wc. galih sendiri masih di posisinya sambil sesekali mendengar gemintang berusaha mengeluarkan isi perutnya, diam-diam pula merasa khawatir dengan keadaan gemintang.


ah, udahlah! persetan dengan dirinya yang masih kesal dengan gemintang, galih lantas mematikan kompor dan menyusul lelaki kelahiran april itu.


ia berdiri di samping gemintang seraya memijat lembut tengkuknya, “gimana? ada yang keluar, nggak?”


yang ditanya hanya mampu menggeleng lemah, terlihat jelas wajah pucat lelaki itu. galih sendiri tak berhenti memijat tengkuk leher gemintang, “makanya ngapain minum kalau nggak kuat sih, gemi?”


“lih, bisa nggak marah-marahnya nanti aja? minimal tunggu sampai gue nggak mual lagi kek.” protes gemintang. untuk kesekian kalinya galih menghela napas, kemudian menuntun gemintang untuk kembali ke ruang makan. tak tega juga sih sebenarnya untuk memarahi si taurus.


“perut gue gak enak banget, lih.” gemintang mencebik sedih, mengadu pada galih dengan manjanya.


“mhm, i know. makanya sarapan dulu biar perut lo enakan.”


gemintang menggeleng ribut, “nggak mau, kalau mual lagi gimana?” tolaknya, “gue balik ke kamar aja, ya? kali aja tiduran bentar bisa bikin mual gue hilang.”


“yang ada nanti lo-nya makin nggak nyaman, gemi. makan dikit aja, asal perut lo nggak kosong,”


“gue buatin egg drop soup, lho? bentar lagi mateng. mau, ya?” ia masih berusaha membujuk gemintang.


mau tak mau akhirnya gemintang setuju, buat galih tersenyum lega. lelaki itu menginstruksikan gemintang untuk menunggu di kamar selagi ia mengaduk sup buatannya yang sebentar lagi akan matang, namun gemintang menolak, katanya ingin di sinj saja menemani galih.


gemintang memperhatikan aktivitas lelaki jangkung itu dengan kepala yang diletakkan di atas meja makan dengan satu lengan yang ia jadikan sebagai tumpuan.


“lih?”


“iya, gemi?”


“jangan pake seledri...” peringat gemintang.


galih mendengus, “gue juga tahu, gemi. nggak pake seledri, minyak wijen sama daun bawang dikit, kuahnya nggak terlalu kental.” tuturnya mendikte bagaimana egg drop soup kesukaan gemintang.


tak ada balasan dari sang lawan bicara pun galih tak terlalu ambil pusing dan kembali fokus kepada masakannya. sampai akhirnya si taurus tiba-tiba berucap, “kadang gue masih ngerasa amazed sendiri kalau tahu lo udah se-hafal itu sama selera gue,”


gemintang menghela napas panjang ketika tiba-tiba dirinya memikirkan sesuatu, kemudian melanjutkan ucapannya, “gue harus nyari yang kayak lo dimana, ya?” gumamnya yang masih dapat ditangkap oleh pendengaran galih.


galih sontak menghentikan pergerakan tangannya, “maksud lo?”


“maksudnya yang kenal gue dengan baik, kayak lo. lo tahu selera gue gimana, apa yang gue suka dan nggak suka, kebiasaan gue, gitu-gitu lah.”


galih mengeratkan pegangannya pada sendok sup, ia tak membalas perkataan gemintang, tak juga menoleh pada lelaki di belakangnya.


“ya udah… nggak usah nyari-nyari lagi, gemi. toh gue juga nggak akan kemana-mana.” tuturnya beberapa detik kemudian.


penuturan dari si sagittarius itu sukses membuat si taurus menegakkan tubuh, maniknya tak lepas memandangi punggung lebar milik sang sahabat. bohong jika gemintang katakan dirinya tak rasakan getaran aneh kala mendengar ucapan dari lelaki kelahiran desember tersebut.


karena tak tahu harus membalas apa lagi, gemintang memilih pamit sebentar dengan dalih ingin mengambil ponsel miliknya.


---


“oh, iya! karena lo udah balik, gue kabarin aja kali ya ke audrey kalau blind date nanti jadi?” gemintang tiba-tiba berujar di sela-sela kegiatannya yang asyik menonton film.


setelah sesi sarapan tadi selesai gemintang menawarkan agar galih istirahat di tempatnya saja–khawatir jika lelaki itu harus menyetir dalam keadaan lelah, dan tentu disetujui oleh galih. jadi di sini mereka sekarang, di dalam kamar tidur gemintang dengan keadaan keduanya yang jauh lebih segar.


lelaki yang tengah bersandar di headboard ranjang menoleh, “cancel aja lah, gue capek banget, gemi. tadi aja gue nyampe dari bandung sekitar jam 4 pagi, lho. si audrey itu nggak maksa juga kan kalau emang gue nggak bisa?”


“eh… tapi kasian tau audrey kayaknya berharap banget sama lo dari kemaren.”


galih mengernyitkan dahi, “gue nggak pernah nyuruh dia buat taruh harapan ke gue, gemi. dari awal juga gue nggak minta, tapi lo-nya yang menggebu-gebu pengen gue blind date sama dia,”


“lagian kenapa bukan lo aja sih?”


yang ditanya hanya menaikkan bahu asal, “nggak mau soalnya lagi males pacaran. jadi lo aja, udah lama juga kan lo ngejomblo.” balasnya.


“ya gue juga sama kayak lo kali, lagi males pacaran.”


gemintang tertawa mengejek, “dih, ikut-ikutan lo!”


sementara galih merotasikan matanya, kemudian mengubah posisi menjadi berbaring menghadap gemintang, “udah ah, gue mau tidur. jangan bangunin gue karena gue belum istirahat sama sekali dari semalem gara-gara sibuk ngurusin orang yang alcohol tolerance-nya rendah tapi sok-sokan minum.” sindirnya tepat sasaran.


gemintang yang sedari tadi masih bersandar pada headboard ranjang mencondongkan badannya sedikit untuk memukul bahu galih dengan keras, “bacot!” sungutnya kesal, dan selanjutnya mulutnya tak berhenti mengeluarkan omelan pada lelaki jangkung tersebut.


kini giliran galih yang tertawa sembari mendengarkan gemintang yang sibuk mengomel. saat tawanya usai, ia tersenyum geligi perhatikan bagaimana gemintang yang sedang memasang mode ngambek-nya.


“sini.” kemudian menarik lembut lengan itu agar ikut berbaring di sampingnya dengan menjadikan lengannya sebagai bantal untuk si taurus.


gemintang pula tak memberontak, tumben sekali. padahal biasanya jika galih mulai membujuknya seperti ini, lelaki itu akan berusaha melepaskan diri dari galih.


“maaf deh…” bujuknya masih dengan senyum geligi.


“tapi serius, jangan kayak gitu lagi, please? lo nggak tahu gimana khawatirnya gue pas jeff ngabarin kalau lo ngilang gitu aja dan ternyata nyetir dalam keadaan mabok, itu bahaya banget, gemi.” tukas galih baru menyuarakan kekhawatirannya sejak semalam.


namun gemintang tetaplah gemintang yang keras kepala, lelaki itu masih sempatnya membela diri, “ya tapi kan gue masih sober buat nyetir sampai apart.”


galih berdecak dan berikan tatapan kesal padanya, “bahkan kalau lo masih ada setitik kesadaran pun, nggak akan ada yang bisa jamin kalau lo bakal baik-baik aja, gemintang.”


gemintang menunduk menghindari galih yang sejak tadi menatapnya, lelaki itu tampak marah, dan gemintang sadar bahwa yang harus ia lakukan adalah meminta maaf kepada sang sahabat karena telah membuatnya khawatir, “maaf, galih…” cicitnya.


galih tak membalas, namun kedua sudut bibirnya sedikit terangkat yang untungnya tak dilihat oleh gemintang.


“tidur, yuk? gue beneran udah ngantuk banget.” ajaknya kemudian. gemintang mengangguk, mungkin masih diliputi perasaan bersalah. galih pun menaikkan selimut menutupi tubuh keduanya, lalu membuka satu lengannya yang menganggur–instruksikan si taurus agar masuk ke dalam pelukannya.


gemintang lagi-lagi tak memberontak, hanya membiarkan dirinya kini berada dalam pelukan hangat galih. tapi tak lama lelaki itu kembali bersuara, “galih, maaf...”


si lelaki kelahiran desember terkekeh mendengar permintaan maaf dari galih, ia hanya berikan usapan lembut di punggung galih sebagai jawaban.