From the bar to the room


“Cheerss”


Ucap Valo dan Galen, setelah membalas pesan Jessica keduanya lanjut minum-minuman beralkohol dengan kadar yang lebih tinggi, bercerita dan bersendagurau. Galen yang tidak mempunyai saudara perempuan mengemon Valo layaknya adik kecilnya. Ia membebaskan Valo minum sebanyak yang Valo mau, tapi ia harus tetap terjaga agar bisa terus menjaga Valo.


“Kak.. kakak pasti udah taken ya? Pasti banyak cewe-cewe yang ngejar kakak ya?”


“Sok tahu kamu. Kakak belum taken, kakak masih single alias jomblo.”


“Bohong! Mana mungkin seorang Galen yang gantengnya paripurna, udah mapan, masih jomblo.”


“Serius, ngapain aku bohong sama kamu? Apa untungnya buat aku?”


“Iya juga sih.”


“Kamu kali yang banyak cowonya?”


“Betul, tapi tanpa statusnya semua.. hahaha.”


“Dasar.. jangan main-main dek sama pasangan. Apalagi kalau kamu sampe berhubungan intim, satu cowo aja cukup.”


“Siap, aku nggak akan sama cowo lain kok kak, kan udah ada kakak, calon imam aku.”


“Hahaha,” tawa Galen sembari mengacak pucuk kepala Valo.


Valo benar-benar sudah berada dibawah pengaruh alkohol, dirinya meracau tidak karuan.


“Kak..” panggil Valo sembari tangannya mengelus paha Galen.


“Kamu udah mabuk, kita pulang ya.”


“Jangan pulang! Kakak nggak bolehin aku pulang kalau lagi mabuk, bukain kamar aja kak.”


“Jangan, nggak ada yang jagain kamu. Kamu tidur di apart aku aja.”


“Tidur dirumah calon suami, hehehe.”


Galen hanya menggelengkan kepalanya. Galen papah tubuh gontai Valo menuju parkiran dibasement. Memasuki mobil, Valo yang memang mudah sekali terpancing birahinya terlebih saat berada dibawah pengaruh alkohol, mulai memancing Galen. Galen fokus melajukan mobil sedan mewahnya, menyusuri ibukota.


Valo yang sudah setengah sadar tidak berhenti memandangi Galen, tidak hanya pada wajah Galen, tapi juga pada bagian bawah tubuh Galen yang terlihat menjendol. Valo yang pikiran kotornya sudah berlari-lari menarik Valo untuk menggoda Galen.


Tiba-tiba Valo meraba paha Galen, seductive. Sontak fokus Galen pun pecah.


“Kak..”


“Valo, ini aku lagi nyetir. Nanti aja ya.”


“Nggak bisa kak, kakak menggoda banget. Apalagi ini, dari tadi di bar udah bangun kan kak,” ucap Valo mengusap penis Galen yang masih terbungkus celana bahan berwarna gelap.


“Val.. jangan ya,” sahut Galen seraya menyingkirkan tangan Valo.


Tapi bukan Valo namanya jika langsung menyerah.


“Kakk.. horny..”


Valo usap kembali penis Galen naik dan turun. Dan benar saja penis Galen sudah mengeras dibalik celana bahan yang ia kenakan. Galen singkirkan kembali tangan Valo kembali. Dan tangan Valo kembali dengan berani, membuka ikat pinggang Galen, dan kancing celana Galen. Membebaskan penis besar Galen yang sudah sesak didalam celana bahan tersebut.


“Val.. please Val.. jangan ya..”


“Terlambat..”


Valo tersenyum senang melihat penis Galen yang besar dan berurat. Valo kocok sejenak penis Galen.


“Val..hmm.. udah Vall!!”


Bukan berhenti Valo justru tersenyum senang dan hap Valo lumat penis besar Galen kedalam birai mungilnya. Valo kulum, Valo sesap penis besarr Galen.


“Aaaahh Vall.. stoopp.. aaa..”


Tidak digubris oleh Valo.


Slrrp… Sllrrp


Decap Valo yang sesekali menjilati batang penis Galen. Buih-buih peluh membasahi kening Galen. Penis besar Galen yang sudah berdiri tegak sempurna, seperti makanan dimata Valo yang haus akan asupan sex. Valo kembali mengulum penis Galen, sedang yang empunya terus mengerang sembari memohon meminta Valo menyudahi gawainya. Jangan ditanya bagaimana fokus Galen, dirinya berusaha keras agar bisa terus fokus menyetir dengan selamat, “harus sampai di apartemen dengan selamat” batinnya.


Tiba di basement apartemennya Valo sengaja memasukan penis besar Galen hingga kepangkal tenggorokannya.


“Aarghhh..” erang Galen, buru-buru ia memarkirkan kendaraannya.


Penis Galen semakin membesar didalam birai Valo, kepala penisnya semakin menegang. Valo sesap dalam-dalam penis Galen hingga pipinya mengempot dan Galen pun mencapai pelepasannya didalam birai mungil Valo.


“Aaghhh…” erang Galen tangannya meremat kuat stir mobil dihadapannya.


Valo telan mani Galen yang keluar didalam birainya. Lalu melepaskan kulumannya.


Air liur dan mani yang berantakan pada birainya hendak ia seka dengan tangannya tapi Galen hentikan.


“Masih kecil udah binal ya,” ucap Galen.


“Aku binal cuma sama calon suami aku,” sahut Valo.


Tanpa berlama-lama, Galen yang semula mengenakan kacamata langsung melepaskan kaca matanya, meletakannya di dashboard mobil. Langsung mencumbu birai Valo. Galen sisir birai mungil Valo, Galen sapu air liur dan sisa mani yang berada dibirai Valo. Dilumatnya dengan ganas birai Valo atas dan bawah, ia belitkan lidah halus Valo dengan lidah hangatnya. Sembari tangannya menyusup masuk lewat potongan rendah dress dibagian dada Valo, Galen remas buah dada Valo, gemas.


Brummm


Suara deru mobil memasuki area parkir. Galen sudahi lumatannya pada Valo, ia rapihkan dress bagian atas Valo, ia pun merapihkan celananya.


“Kakk lanjutin..” rengek Valo.


“Dikamar aja ya, nggak enak kalau dilihat penghuni lain. Nanti kita dilaporin security.”


“Ok,” sahut Valo.


Lalu keduanya pun beranjak menuju unit milik Galen. Galen rangkul pinggang Valo, layaknya seorang kekasih.


Ting


Lift berhenti dilantai enam belas, Galen menuntun Valo keluar lift, memijit nomor pin pintu, lalu masuk kedalam unit Galen.


Baru selangkah mereka dari pintu Valo sudah mendorong tubuh Galen hingga membentur tembok.


“Maaf kak udah gatel!”


Valo langsung jinjit dan mencumbu birai Galen kembali. Tangannya ia kalungkan pada leher Galen. Cumbuan yang sekejap berubah menjadi lumatan, Galen angkat tubuh mungil Valo dalm gendongannya. Galen balas lumatan Valo dengan lebih ganas. Valo lingkarkan kakinya pada pinggang Galen dengan kencang. Galen bawa Valo langsung menuju kamar tidurnya, ia biarkan pintu kamarnya terbuka. Toh Jelo juga sepertinya tidak pulang karena hingga pukul segini tidak juga ada kabar perihal Jelo yang hendak pulang.


Galen rebahkan tubuh mungil Valo diatas tempat tidurnya yang empuk. Galen lepaskan pagutan birai mereka, Galen langsung membuka jas dan kemeja yang ia kenakan. Pun Valo yang langsung melucuti seluruh pakaian yang ia kenakan, tidak menyisakan satu helai benang pun. Buah dadanya yang padat berisi, serta bokongnya yang montok pasti menarik minat semua kaum adam. Valo yang memang sudah horny, menunggu Galen melucuti celananya. Valo lebarkan kedua belah pahanya. Valo tepuk-tepuk vaginanya yang sudah mulai basah.


“Sini kak.. main sama ade..” goda Valo.


“Nakal banget ya kamu,” sahut Galen seraya menghampiri Valo yang sudah siap dimakan oleh Galen.


Galen lempar kacamatanya sembarang, yang justru membuat dirinya terlihat semakin sexy.


“Fucked me kak, till morning comes.”


“Your wish is my command, baby.”


Galen lumat birai mungil Valo kembali, tapi kali ini tidak lama, usai melumat birai Valo, Galen mainkan kedua tangan kekarnya pada buah dada Valo yang terus menggodanya. Galen remas-remas, Galen pilin kedua puting cokelat muda yang sudah mengeras tersebut dengan ibu jari dan telunjuk kekarnya.


“Nghh..” lenguh Valo, tubuh mungilnya mulai bergelinjang.


“Baru aku pilin baby, udah nggak bisa diem? Gimana kalau aku jilatin?”


“Jilatin kak.. ngh..”


Galen lepasakan pilinnannya pada salah satu buah dada Valo, mulai menjilati buah dada Valo dari dada hingga ke putingnya. Ia mainkan putingnya dengan lidah hangatnya, selanjutnya ia sesap puting Valo seperti menyusu.


“Ngh.. yess kak..” lenguh Valo, sembari meremat surai rambut Galen. Ia tekan kepala Galen agar lebih dalam menyesap buah dadanya. Gelenyar nikmat menjalar pada tubuh Valo hingga keujung kepalanya.


Sementara tangan Galen satu lagi yang tadinya memilin puting Valo kini mulai menyapa vagina Valo yang terbuka lebar. Galen usap vagina Valo, sesekali memberikan gerakan memutar.


“Mmmhh..”


Galen tekan-tekan klitoris merah muda Valo yang sudah berkedut. Valo langsung menganggkat pinggulnya sedikit, seperti tersetrum.


“Ngh..”


Galen menarik satu sisi bibirnya tersenyum smirk sembari terus melumat buah dada Valo, bergantian kiri dan kanan.


“Masukin kak jarinya, nghh..”


Galen langsung meloloskan kedua jarinya kedalam liang vagina Valo.


“Ahhh.. jari kakak gendut, enakk..”


“Anjg!! Sempit, anget banget lagi!” batin Galen.


Galen mulai menggerakan tangannya keluar dan masuk liang vagina Valo. Desahan Valo terus mengalun indah ditelinga Galen.


Galen nikmati tiap pijitan dinding vagina Valo pada jarinya. Galen tekuk kedua jarinya didalam, sembari terus mengocok liang vagina Valo.


“Aahh.. situkkaakk.. ahh, yess.. ahhh cepetin kak..”


Galen mempercepat gerak tangannya, jari kekarnya terus mengobrak abrik liang vagina Valo. Hingga dinding vagina Valo meremat jari-jari kekar Galen. Valo remat surai rambut Galen kuat, tubuhnya mulai bergetar, cairan bening milik Valo pun luluh.


“Nghhhhh..”


Galen sudahi giat birainya menyusu pada buah dada Valo.


“Anget baby..”


“Huum.”


“Udah puas?”


Valo menggelengkan kepalanya.


“Belom? Mau ini?” tanya Galen sembari tangannya mengocok penisnya yang sudah menegang kembali.


“Mauu..” sahut Valo dengan suara manjanya.


“Nungging dong baby.”


Valo pun membalikkan tubuhnya, menungging diatas tempat tidur. Sementara Galen bersiap penetrasi dibelakangnya, menggesekan lebih dahulu penisnya pada vagina Valo, melumurinya dengan cairan bening milik Valo. Perlahan baru ia lesakan penis besarnya kedalam liang vagina Valo.


“Aaahhhh.. gede banget kak..”


“Baru kepalanya baby..”


“Fuckk!!”


Galen lesakan semakin dalam penisnya hingga vagina Valo terasa penuh.


“Mmmhh.. sempit banget baby.”


“Gerakin kak!”


Galen mulai menghentakan pinggulnya maju dan mundur, tangannya meremat pinggul Valo sebagai pegangan.


“Ahh.. ahh..” desah Valo.


“Ssshhh..” erang Galen.


Galen hentakan terus pinggulnya, penis besarnya merasa dimanjakan oleh vagina Valo yang terus memijat penis besarnya. Rasanya sangat nikmat, hingga Valo dan Galen merasa seperti terbang, saking nikmatnya. Ini bukan yang pertama bagi Galen maupun Valo. Bagi Galen, Valo wanita ketiga yang pernah tidur dengannya. Dibanding dengan kedua wanitanya yang lalu, vagina Valo paling nikmat, selain sempit pijatan yang dinding vagina Valo hantarkan sangat nikmat bagi Galen. Pun Valora, ini tentu bukan pengalaman pertama Valo tidur dengan laki-laki, entah sudah berapa banyak pria yang tidur bersamanya. Hanya milik. Galen yang memiliki size luar biasa, hingga vagina Valo benar-benar terasa full.


Galen masih menggenjot penisnya menghujam liang vagina Valo tanpa henti.


“Aahh.. fuck!! Deep—eer kakk..”


Galen pun menghujamkan semakin dalam dan kasar penisnnya.


“Ahh.. yess kak..”


Tidak Galen biarkan buah dada Valo yang menggantung bergelayut seiring hentakan pinggulnya, Galen remas buah dada Valo dengan satu tangannya. Sementara tangan yang satu ya memainkan klitoris Valo.


“Jangan main—in.. akhhhh!!!””


Valo yang klitorisnya sudah sensitif, dijamah oleh jari kasar Galen, hingga tubuh Valo menggelinjang, gusar.


“Akhhhh.. ahhhh..”


Valo berusaah menyingkirkan tangan Galen dari klitorisnya tapi sia-sia belaka. Karena kekuatan Galen lebih besar dari Valo.


“Kakkk.. aku bisa squirtt nan.. ahh.. tii..”


“Keluarin aja baby, aku seneng kok basah-basahan.”


“Ahhh..”


Galen semakin brutal menghujamkan penisnya. Semakin cepat menggesekan jarinya pada klitoris Valo. Pantas vagina Valo pun mulai memijit dengan erat hingga meremat penis besar Galen, penis Galen pun semakin menegang, siap menyemburkan cairannya.


“Aku mau kelu—arr!!”


Galen hentakan dengan semakain kasar pinggulnya. Sementara tangannya masih terus mengucek klitoris Valo, hingga Valo squirt.


“Kakk gak kuatt!!


Buru-buru Galen keluarkan penisnya dari dalam liang vagina Valo.


Curr


Valo pun squirt, cairan yang keluar dari vaginanya mengalir deras membasahi tempat tidurnya. Sementara Galen yang hendak mencapai pelepasannya, mengocok penisnnya dengan tangannya diatas bokong Valo.


“Arghhh!!” erang Galen mencapai pelepasannya.


Ia semburkan maninya diatas bokong sintal Valo.


Valo masih pada posisinya, beruntung kasur Galen menggunakan matras pelindung yang anti air, jadi Galen hanya perlu mengganti spreinya saja, agar bisa tidur nyenyak malam ini.


Nafas keduanya terengah-engah, sibuk menghirup oksigen. Galen bersihkan cairan maninya dari bokong Valo, ia gendong Valo menuju kamar mandinya tanpa sepatah kata pun. Ia dudukan Valo didalam Jacuzzinya, dan menyalakan air hangat untuk Valo berendam.


Setelahnya ia tinggalkan Valo, ia bersihkan tempat tidur dan pakaian dirinya serta Valo yang berantakan. Galen siapkan baku ganti untuk Valo.


“Kakakk!!” panggil Valo.


“Iya baby, kenapa?”


“Sini temenin, masa aku sendirian?”


“Sebentar ya aku ganti seprei dulu, habis itu aku ikut berendam sama kamu, ok?”


“Ok.”


Benar saja usai merapihkan semuanya Galen langsung menyusul Valo, ikut berantem bersama Valo. Valo pun langsung bersandar pada dada bidang Galen, memeluk Galen.


Cup


“Makasih ya baby.”


“My pleasuri calon suamik.”


“Kamu tuh…”


“Aku kenapa?”


“Kamu gemesin, aku suka.”


“Yess, kita pacaran ya. Pleasee! Please!”


“Baru juga kenal baby.”


“Baru juga kenal, tapikan udah ngewe.”


“Hush! Mulutnya baby.”


“Yakan bener kakak!”


“Ngomongnya itu yang halus baby, having sex, making love.”


“Ihh.. kakak mah ribet kaya kak Jess!”


“Maaf ya, cuma aku belum terbiasa aja. Mungkin kalau kamu ngomomng begitu sama Jelo, dia santai aja. Tapi buat aku itu terlalu kasar, maaf ya.”


“Calon suami aku lembut banget sih.”


Galen tersenyum, pun Valo.


“Jadi kita pacaran ya?”


“Iya, mulai sekarang kamu harus laporan sama aku. Semuanya ya Baby, jadwal kamu. Kamu berangkat, pulang, istirahat. Sorry, tapi aku tipe cowo posesif. Aku nggak suka milik aku di deketin atau bahkan dilirik orang lain. Aku nggak akan segan-segan sama yang berani deketin kamu.”


“Ughh.. serem. Aku suka kok, kak. Tenang aja, aman!”


Mereka pun lanjut berendam sembari bermanja-manjaan di dalam kamar mandi lux milik Galen itu.