coass love story by ; aerikimc.
Gila saja.
Pergantian stase kali ini hanya berjumlah 4 orang dalam 1 kelompok, Sedangkan ruang operasi sendiri terdiri dari 6 tempat ?!
Bakalan tik-tok kalau begini caranya.
Itu bahasa para anak koas ketika harus jaga malam selang-seling setiap hari akibat kekurangan orang.
Nah, kalau jaganya setiap hari? Namanya tik-tik.
Hari pertama dimulai dengan pengenalan ruangan di ruang operasi atau yang biasa disebut dengan ruang OK (operatie kamer) beserta penata-penata (perawat bedah/anestesi) dan dokter-dokter yang ada disana.
Oh iya, kelompok kali ini hanya terdiri dari empat orang. Semua teman seangkatan dan beruntungnya, mereka berempat memang sudah saling kenal.
Walaupun tidak sampai akrab banget begitu sih.. jadi semoga saja 5 minggu ke depan akan berjalan dengan baik.
Ah, sampai lupa kan. Perkenalkan namanya Giara, Giara Angelina.
Mahasiswa kedokteran berparas cantik yang sedang menjalankan yang namanya koas, dan sekarang dia baru saja rotasi pergantian stase anestesi.
Teman sekelompok Giara itu ada Jemian, Noah dan juga Sonia. Sonia itu sahabat Giara, dan di antara mereka berempat, Sonia dan juga Noah lah yang sudah memiliki kekasih.
Kekasih Sonia itu berusia 5 tahun diatas dia, alias sudah bekerja. Sedangkan kekasih Noah itu 1 tahun lebih muda dari dia.
Tunggu sebentar, kenapa kita jadi membicarakan kisah asmara mereka disini?
Sudah minggu ke 2 kira-kira.. karena Giara bertugas di ruang ok 3 dan Noah bertugas di ruang ok 4, mereka jadi makin akrab saja.
Iya, ruang ok 3 dan 4 itu bersebelahan. Kalau ruang ok 1 dan 2 itu agak jauh, Tempatnya Jemian dan Sonia, karena banyaknya operasi jadi mereka jarang sekali bertemu.
Apalagi ruang ok 5 dan 6, lebih jauh lagi. Hanya saja, karena kelompok mereka hanya berjumlah 4 orang, ok 5 dan 6 tidak wajib di pegang.
Oh iya, karena Giara yang selalu bersama Noah, dia sedikit demi sedikit jadi tahu sifat Noah itu seperti apa.
Noah itu, menurut Giara ya...
Giara sendiri bingung sebenarnya ingin mendeskripsikannya seperti apa. Yang jelas bagi Gia, Noah itu adalah manusia paling menyebalkan di dunia.
Selain menyebalkan, Noah juga ribet maksimal. Belum lagi tingkahnya yang selalu mencari muka di depan dokter anestesi mereka. Membuat Giara selalu kelihatan bodoh di depan dokter.
Padahal Giara sendiri tahu kalau Noah hanya bermodalkan pintar menghitung, Cih .
Seperti saat ini saja misalnya, tiba-tiba Noah grasak grusuk datang ke ruangan Giara disaat Gia akan melakukan intubasi. Dan dengan gelagatnya yang terkesan seperti mengatakan bahwa 'akulah orang terkeren di dunia' ,Noah memperhatikan Giara dari atas sampai bawah yang sedang akan melakukan intubasi pada pasien paruh baya yang berbaring di depannya dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat obat bius yang sudah mulai bekerja.
"Ngapain deh lo No, gabisa apa stay aja gitu di ruangan lo?!" Bentak Giara pada Noah saking kesalnya, padahal disana masih ada dokter anestesinya.
"Yaelah galak banget sih, ruangan gue lagi kosong, biar ga gabut kesini aja deh gangguin lo."
"Bilang aja lo lagi cari pasien buat intubasi, iya kan? Untung udah gue duluan, kalo engga nanti pasti lo embat!"
Iya memang. Noah itu terkenal suka mondar-mandir ruang operasi mana saja untuk mencari pasien yang akan dilakukan general anesthesia alias bius umum, supaya dia bisa melakukan intubasi.
Pernah pada saat itu, Noah sedang bertugas di ruang ok 4 bersama dengan Br. Johnny si penata anestesi yang paling asik dan paling akrab dengan Giara dan Sonia,
Setelah waktu pulang tiba, Br. Johnny bercerita pada Giara dan Sonia tentang kebiasaan Noah yang sering sekali meninggalkan ruangan dan akhirnya membuat Br. Johnny ketar-ketir karena dia jadi kerja sendirian gara-gara ulah Noah. Bahkan, Sonia juga mengatakan kalau dia belum pernah mendapat pasien untuk dia lakukan intubasi gara-gara ulah Noah yang selalu berburu pasien itu.
"Dih suuzon banget sih luuuu !" Kata Noah sambil mengacak-acak kepala Giara membuat headcap yang Giara pakai jadi miring-miring dan rambut Giara keluar kemana-mana.
'Bgst emang.' geram Giara dalam hati.
"Duh, kalian tuh berantem mulu ya kerjaannya. Tau gak, dulu Ibu sama Ayah saya tuh waktu mudanya berantem kayak gitu terus, eh ujung-ujungnya menikah." kata Dokter Sena, dokter anestesi mereka yang tiba-tiba ikut berkomentar sambil ketawa-ketiwi.
"Gabakal lah dok, Noah kan udah punya pacar," jawab Giara sambil sedikit bergidik ngeri membayangkan bagaimana jadinya kalau mereka benar-benar berpacaran.
"Loh, baru aja pacaran kan masih bisa putus," balas dokter Sena sambil menaik-turunkan alisnya, sedangkan Noah hanya ikut terkekeh geli mendengar penuturan dari dokter Sena. Dasar tukang cari perhatian, begitu kalau kata Giara.
Giara sendiri sih sudah malas untuk merespon lelucon dari dokternya itu yang mana menurutnya tidak ada lucunya sama sekali. Pada akhirnya, tanpa menghiraukan dokter Sena dan Noah, langsung saja dia memasukkan laringoskop dan ETT (endotracheal tube) nya setelah awalnya Giara beri oksigenisasi pasiennya terlebih dahulu.
Giara bernafas lega setelah tindakan yang ia lakukan tersebut berhasil. Untung saja, kalau tidak, si manusia menyebalkan bernama Christian Noah itu sudah pasti akan menertawakan Giara. Atau mungkin berlagak cari muka lagi didepan dokter Sena dengan merendahkan Giara misalnya. Hah, benar-benar menyebalkan.
Hari itu Giara mendapat banyak PR dari dokter Sena. Tentu saja, hitung-hitungan dosis obat dan juga perbandingan gas anestesi misalnya. Pada kenyataannya, Giara memang bodoh dalam menghitung. Hei! Maka dari itu ia masuk ke fakultas kedokteran!
Tapi, awal mulanya ia jadi sering mendapat pertanyaan tentang hitung-menghitung ini tentu saja karena ulah dari Noah yang selalu memprovokasi dokter Sena untuk bertanya padanya.
Hah, kalau sudah tidak bisa menjawab pertanyaan begini, dokter Sena dengan mudahnya pasti akan mengatakan, "Sana kamu tanya sama Noah. Terus nanti setor peer-nya sama saya."
Sebenarnya, Giara benar-benar malas untuk bertanya hal ini pada Noah. Tapi, mau bagaimana lagi? Ini adalah perintah langsung dari dokternya. Daripada Giara tidak mengerjakan pr nya dan yang terancam adalah nilainya, jadi mau tidak mau ia harus bertanya pada Noah.
Astaga, anak itu kapan tidak membuat Giara dipermalukan di depan dokter, sih?!
Setelah menghela napas kasar berkali-kali, dengan langkah berat akhirnya Giara pergi ke ruangan Noah yang berada di sebelah ruangannya. Tentu saja, setelah ia selesai memindahkan pasien yang terakhir ke ruang pemulihan.
Dilihatnya Noah yang sedang duduk di lantai dengan kaki bersila, sambil memainkan ponselnya. Giara yang sedang berada di ambang pintu ruangan langsung saja masuk, dan ikut duduk di sebelah Noah.
"Noah.."
"Hm"
"Bantuin gue dong nih, kerjain peer dari dokter Sena."
Sepuluh detik berlalu, namun belum ada tanggapan dari Noah, yang pada saat itu sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya sambil memasang raut wajah yang... entahlah Giara pun tidak bisa menebaknya.
"Hoi, lo lagi ngapain sih? Balesin chat si prioritas ya?" tebak Giara. Si Prioritas itu adalah panggilan khusus Giara pada kekasihnya Noah, yang aslinya bernama Claudy Leana.
Noah membuang napasnya yang terdengar berat, kemudian tersenyum kepada Giara, yang entah mengapa seperti tersirat sesuatu dan bukan senyuman ala Noah sekali.
"Jelas lah, dia dulu nomer satu". Balas Noah sekenanya.
"Lo kenapa? Lo, lagi berantem sama si prioritas ya?" tanya Giara sambil menatap Noah penasaran.
"Mana coba gue liat peer-nya," kata Noah sambil memasukkan ponselnya kedalam saku baju berwarna biru muda itu tanpa menghiraukan pertanyaan Giara.
Giara kesal sebenarnya karena pertanyaannya diabaikan, tapi dia juga tidak mau peduli dengan kisah romansa temannya ini. Dari pada memikirkan kisah romansa orang lain, lebih baik memikirkan kisah romansanya sendiri yang masih begitu-gitu saja sampai saat ini.
"Ini nih.. coba ya.. dari yang paling basic dulu deh. kalo O2 nya itu 1L terus N2O nya 2L berarti perbandingannya berapa coba?" Kata Giara dimulai dari pertanyaan yang super simpel. Sebenernya, ini pertanyaan yang sangat mudah. Hanya saja, entah kenapa kalau di depan dokter Sena, Giara suka jadi auto gobloknya. Bikin malu saja.
"Ya berarti O2 nya 33,3%, N2O nya 66,6%" jawab Noah.
"Tuhkan! beda dikit doang. Gue jawabnya dibuletin jadi 30% sama 70% eh disalahin mulu hft," kata Giara sambil manyun-manyun lucu tetapi nampak menjijikan itu.
Noah hanya tertawa melihat reaksi Giara, kemudian secara tiba-tiba, ia menawarkan Giara untuk melihat foto mantan kekasihnya terdahulu. Entahlah, Giara juga tidak tahu kenapa dengan randomnya Noah ingin memperlihatkan foto mantannya itu—
Oh, jelas saja.
Mantannya adalah seorang bule. Cantik, dengan bola mata sewarna sapphire blue . Jelas saja, ini adalah hal yang wajib diberi tahu Noah sebagai si tukang pamer.
"Seriusan No, dia mantan lo?" Tanya Giara lagi-lagi, memastikan. Hei! Tentu saja ia masih tidak menyangka kalau seorang Christian Noah bahkan bisa menggaet seorang bule.
"Iya dong, keren kan gue?"
Giara memutar bola matanya malas. Cih, dasar tukang pamer, batin Giara.
"Ya, ya. Tapi lo tau gak sih, bule tuh kadang seleranya emang aneh. Emang suka yang kayak– aw! Sakit gila!" ringisnya ketika tanpa aba-aba Noah memukul kepalanya dengan papan kayu yang dipakai Noah sebagai alas untuk menulis lembar laporan anestesi.
Noah terkekeh geli setelahnya, "Karena emang dasarnya gue ganteng aja, makanya itu bule naksir sama gue. Lo tau gak, gue tuh biasa dikejar sama orang, bukan ngejar. Makanya, kalo nanti ada orang yang jadi pacar gue karena gue duluan yang ngejar berarti orang itu spesial." Kata Noah tiba-tiba sambil menatap Giara intens tanpa merespon perkataan dan ringisan Giara sebelumnya.
'Ya terus apa pentingnya lo ngomong gini ke gue malih?!' batin Giara dalam hati. Memang, terkadang Noah itu suka sekali membicarakan hal yang sangat random, melenceng ke mana-mana dan tidak jelas seperti ini.
Oh iya, selain suka sekali membicarakan hal yang random, Noah juga suka sekali curhat pada Giara tentang sahabat-sahabatnya, keluarganya, hingga drama korea yang sedang ia tonton saat ini. Dan tanpa Giara sadari, hal itu membuat dirinya dan Noah layaknya seperti seseorang yang sudah berteman bertahun-tahun lamanya. Padahal jelas-jelas mereka baru 2 minggu dekat seperti ini.
Eh, tapi tunggu sebentar. Sepertinya Giara kelewatan sesuatu.
"Eh, berarti... Si prioritas itu bukan lo duluan dong yang naksir?" Tanya Giara sambil melebarkan bola matanya, antusias karena rasa penasaran yang membuncah menanti jawaban dari Noah.
Noah yang melihat Giara seperti itu lantas ikut memandang wajah Giara lekat-lekat. Kemudian menyunggingkan bibirnya ke atas secara perlahan dan mengalihkan atensinya dari sana ketika Br. Johnny memanggil namanya.
"No, operasinya udah selesai. Catet tensi dan nadi terakhir pasien, soalnya alatnya mau dimatiin. Nih 130/80 mmHg buat tensinya , dan 80x/menit buat nadinya ya. Dan oh, tulis juga tadi waktu selesai operasinya jam 11.30, anestesi selesai jam 11.55".
"Oke, bang." Jawabnya sambil menulis pada lembaran anestesi. Kemudian dia bangkit dari duduknya dan segera membantu Br. Johnny membereskan alat-alat dan memindahkan pasien ke brankar untuk kemudian dibawa ke ruang pemulihan pasien.
Sebelum benar-benar keluar dari ruangan, Noah menoleh kearah Giara yang sedang cemberut karena pertanyaannya lagi-lagi tidak dijawab dan malah diabaikan. Ia mengusak puncak kepala Giara sambil senyum, "Udah sana, balik ke ruangan lo. Nanti kita lanjutin kerjain peer-nya biar lo bisa langsung kasih ke dokter Sena."
Giara hanya mendengus sebal karena lagi-lagi Noah merusak headcap yang sudah Giara pasang dengan rapi. Kemudian ia segera keluar dari ruangan Noah dan kembali ke dalam ruangannya.
Hari itu, adalah giliran Sonia yang bertugas jaga malam di ruang operasi. Akhirnya, setelah waktu jam pulang mereka tiba, Giara dan kedua temannya yang lain yaitu Jemian dan Noah keluar ruang operasi berbarengan menuju lobby rumah sakit.
Sepanjang perjalanannya yang dimulai dari lift yang berada pada lantai lima hingga sampai di lobby rumah sakit, Giara lebih banyak berbincang dengan Jemian. Sambil bercerita tentang kejadian-kejadian menyebalkan maupun menghibur hari ini, sambil tertawa bersama. Seperti mengabaikan eksistensi Noah yang jelas-jelas ikut berjalan berbarengan bersama mereka.
Sadar pada Noah yang sedari tadi hanya diam, membuat Giara jadi mengalihkan atensinya pada Noah.
Giara heran tentu saja. Bagaimana tidak, pasalnya Noah yang biasanya mengekori Giara, bertanya hal-hal random sepanjang hari, tiba-tiba saja diam dan bahkan kini berjalan mendahuluinya dan Jemian.
Giara pada akhirnya hanya bisa bertanya-tanya dalam hati dan berpikir keras karenanya. Apa mungkin Noah sedang ada masalah dengan kekasihnya?
Tidak sadar, ternyata Giara sudah melamun cukup lama, padahal sedari tadi Jemian memanggil namanya.
"Eh, kenapa Jem?" Tanya Giara pada akhirnya.
"Mau pulang bareng gue gak?" tawarnya sambil senyum.
Mata Giara berbinar antusias, "Jemiii, seriusan? Ih mau please! Eh Noahh, lo mau ikutan pulang ba—" belum sempat Giara menyelesaikan kalimatnya, Noah sudah lebih dulu menjawab dari kejauhan,
"Gak. Gue udah pesen taksi online." Jawab Noah cuek. Kemudian berjalan semakin cepat dan tiba-tiba sudah menghilang dari pandangannya.
Giara mengernyit heran dengan kelakuan Noah yang dapat berubah secara tiba-tiba. Aneh. Tidak mungkin kan kalau Noah marah kepadanya? Tapi kalau memang bukan, lalu karena apa?
Giara pun memutar otaknya, mencoba mengingat kilas balik kejadian yang terjadi hari ini mulai dari pagi hari sampai waktu pulang tiba. Tetapi, mau diingat sebagaimana kerasnya pun, Giara tetap tidak merasa melakukan kesalahan pada Noah.
Tidak mau kepala cantiknya meledak, akhirnya Giara hanya mengedikkan bahunya acuh , setelah itu berjalan bersama dengan Jemian ke tempat dimana mobil Jemian diparkirkan, untuk pulang bersama.
Beberapa hari setelahnya, Noah masih saja mendiami Giara, menjauhinya. Padahal biasanya Noah akan mengekori Giara kemanapun ia pergi, berbicara panjang lebar tentang hal apa saja yang menginvasi otaknya saat itu. Tetapi, sekarang dia jadi lebih pendiam. Membuat Giara mau tidak mau jadi lebih sering mengobrol dengan Jemian ketimbang Noah.
Lalu, biasanya juga Noah akan mengajak Giara ketika waktu makan siang tiba. Tapi, sekarang malah sebaliknya. Dia selalu makan lebih dulu tanpa mengajaknya.
Padahal, pernah dulu suatu kejadian ketika Sonia ingin makan bersama Giara, tetapi operasi masih berjalan di ruangan Sonia. Mengakibatkan dirinya belum bisa keluar untuk ikut makan siang saat itu. Kemudian, Noah dengan barbarnya berteriak dari ruangan ok 2 alias ruangan Sonia, untuk mengajak Giara makan siang dengannya.
Karena merasa tidak enak dengan Sonia, Giara menolak ajakan Noah saat itu dan menyuruhnya untuk pergi makan lebih dulu. Walaupun, cacing-cacing di perut Giara sebenarnya sudah berteriak sedari tadi.
Noah dengan santainya menjawab pernyataan Giara itu dengan anggukan. Dia pun akhirnya keluar dari ruangan Sonia. Tapi, selang beberapa menit kemudian Noah kembali lagi ke dalam ruangan Sonia dan memberi tahu Giara bahwa di ruangannya sudah ada pasien baru yang akan melakukan operasi.
Kaget mendengar kabar itu, buru-buru Giara keluar dari ruangan Sonia dan bergegas kembali ke dalam ruang operasinya. Ketika Giara sudah sampai didepan ruang operasinya, Noah menarik tangannya menyebabkan langkah Giara terhenti kemudian.
"Mau makan dulu gak?" tawar Noah pada Giara saat itu.
Giara mengernyit heran. Hei, Noah bilang di ruangannya sudah ada pasien yang akan dilakukan operasi, tetapi dengan santainya Noah malah mengajak Giara untuk makan siang? Benar-benar tidak masuk diakal!
"Lah, lo bilang di ruangan gue udah ada pasien? Gimana ceritanya lo malah ngajak gue makan siang? Gila lo." Jawab Giara sambil mendengus kasar.
"Tenang aja, masih sempet kok. Di ruangan lo emang udah ada pasien, tapi dia bius lokal, bukan bius umum. Hehehe," jawab Noah sambil nyengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.
Ah, sekadar informasi saja. Kalau seorang pasien itu akan dilakukan local anesthesia saja, maka tim anestesi tidak ikut andil dalam proses pelaksanaan operasi. Karena ranah anestesi bermain hanya pada general anesthesia dan regional anesteshia.
Dimana, bius umum biasanya dilakukan pada operasi-operasi besar seperti kraniotomi, kemudian bedah gigi seperti impaksi gigi, dan untuk anestesi regional biasa dilakukan pada operasi yang hanya dilakukan pada bagian perut bawah hingga kaki seperti pada operasi sectio caesaria , atau operasi yang melibatkan bedah urologi.
Ya, pokoknya seperti itu.
"Cih, gila lo ya!" kata Giara sambil mencubit lengan Noah gemas hingga berkali-kali, dan membuat Noah mengaduh kesakitan karenanya. Sial, badan saja kecil mungil, tetapi cubitan Giara bukan main-main sakitnya.
"Aduh, woy sakit gila! Udah ah, ayo makan dulu!" kata Noah sembari menarik tangan mungil Giara pada akhirnya. Daripada tangan Noah menjadi biru semua nantinya.
Hah, Giara jadi bingung sendiri pada saat itu. Memang sih, saat itu Giara sedang lapar sekali, tapi Giara juga jadi merasa tidak enak dengan Sonia. Walaupun ya, pada akhirnya Giara menuruti ajakan yang bisa juga dibilang sebagai paksaan Noah itu. Karena hei, siapa sih yang bisa menolak kalau ditawari makan ketika perutmu memang sedang dalam keadaan sangat lapar?
No one honey.
'Eh sebentar. Kenapa gue malah jadi flashback sih? Kenapa juga gue jadi sedih begini? Padahal kan seharusnya gue seneng gak diintilin lagi sama satu makhluk itu, ck!' batin Giara sambil mencubit pipinya berkali-kali saat pada akhirnya ia tersadar dari kilas baliknya itu.
Sudah minggu terakhir. Sialnya, hari terakhir itu Giara yang kedapatan bertugas jaga malam di ruang operasi. Jemian dan Sonia sudah meninggalkan ruang operasi bergegas untuk pulang. Namun, ada yang membuat Giara kebingungan disini.
Iya, Christian Noah. Memangnya siapa lagi yang mampu membuat pikiran serta perasaan Giara seperti dibolak balik begitu?
Bukannya ikut pulang bersama Jemian dan Sonia, Noah malah menetap di ruangan operasi. Padahal biasanya, kalau soal waktu pulang tiba dia yang paling semangat meninggalkan ruangan.
"Ngapain deh lo? Gak mau balik? Tumben banget. Biasanya lo paling semangat soal balik ke rumah," kata Giara sembari menggendong selimut dan bantal untuk dikembalikan ke ruang persiapan pasien, bersama dengan Noah yang mengekorinya, sambil membantu Giara membawa barang-barang tersebut.
Hening,
Noah masih saja bertahan dalam mode diamnya. Tidak menjawab bahkan berbicara sepatah kata pun. Hingga setelah mereka telah sampai di ruang persiapan pasien dan selesai menata selimut dan juga bantal yang dibawa mereka, tiba-tiba saja Noah menarik tangan Giara dan membawanya masuk kedalam ruangan ok 6 yang mana letaknya memang berada di depan ruang persiapan pasien tersebut. Dan tentu saja, ruangan ok 6 ini adalah ruangan yang letaknya paling jauh dari ruangan yang lainnya.
Ditambah lagi, saat itu keadaan ruang operasi memang sedang sepi karena semua penata maupun para dokter sudah meninggalkan ruangan operasi karena memang jam bertugas mereka juga sudah habis.
Begitupun dengan para penata yang bertugas jaga malam hari ini. Bukannya pulang kerumah, hanya saja mereka sedang pergi ke luar untuk mencari makan sebelum akhirnya harus terjebak semalaman di ruangan ini. Dan dokter anestesi dan bedah yang bertugas jaga hari ini pun hanya akan datang ketika memang benar-benar ada pasien cito yang harus segera ditindak, alias rumah sakit ini menganut sistem on call untuk para dokter spesialisnya, sehingga tentu saja mereka juga tidak ada diruangan saat ini.
Kesimpulannya, hanya ada Giara dan Noah di dalam ruang operasi ini. Ya, berdua. Tidak ada siapapun lagi.
Noah tiba-tiba menatap mata Giara dengan intens. Dan Giara sendiri tidak mengerti apa maksud dari tatapan Noah padanya. Yang jelas, tatapan yang Noah berikan mampu membuat sekujur tubuh Giara membeku, membuatnya merasa terintimidasi hanya dari sebuah tatapan yang bahkan Giara sendiri tidak tahu apa arti dari tatapan tersebut.
Kalau boleh Giara jujur, Noah yang seperti ini terlihat sangat tampan. Menebarkan hawa dominan yang sangat kuat. Yang mana mampu membuat jantung Giara berdetak abnormal dua kali lipat dari biasanya.
Noah menatap Giara terus menerus, hingga kedua tangan besarnya menangkup wajah cantik nan mungil milik Giara, lalu pandangan matanya ia turunkan dari kedua bola mata, menjadi bibir sewarna cherry milik Giara.
Perlakuan Noah yang tidak seperti biasanya itu, benar-benar membuat perasaan Giara campur aduk dan bingung bukan main. Jantungnya benar-benar sudah tidak kuat lagi ingin melompat dari dadanya detik itu juga.
Ah, dan jangan lupakan wajah Giara yang sudah memerah sepenuhnya akibat perlakuan Noah yang dapat dikatakan tidak biasa itu. Belum lagi, wajah Noah yang kini semakin lama semakin dekat dengan wajahnya.
Herannya, perlakuan Noah yang satu itu hanya bisa membuat Giara diam dan membeku tanpa memberikan perlawanan. Padahal, kalau dalam situasi normal mungkin Giara sudah memukul kepala Noah atau bahkan mencubiti badan Noah habis-habisan hingga ruam kebiruan muncul disetiap jejak kulit yang dicubitinya.
Giara benar-benar bingung. Pikirannya kosong saat ini. Hingga tanpa disadari, jarak di antara wajahnya dan Noah sudah terkikis habis ketika bibir Noah berhasil menempel pada permukaan bibir sewarna cherry milik Giara.
Lagi, bukannya marah atau memberontak, Giara malah terdiam dan memejamkan matanya perlahan. Menikmati bibir Noah yang mulai berhasil menginvasi rongga mulutnya dan melumatnya penuh kelembutan. Berusaha menyamankan diri atas perilaku Noah yang diberikan padanya, ia menggantungkan kedua tangannya pada leher Noah dan meremas rambut bagian belakang Noah dengan lembut kala terbuai dengan tindakan manis yang baru pertama kali ia rasakan ini.
Entahlah dibanding menyebutkan bahwa ini adalah tindakan pelecehan, Giara lebih suka menganggap ini sebagai tindakan yang kelewat manis. tindakan yang mampu membawa kesadarannya melambung tinggi hingga lapisan awan ke sembilan.
Katakanlah fungsi otaknya mati pada saat ini. Ya, karena memang begitu adanya.
Setelah dirasanya pasokan oksigen hampir habis, Noah melepas ciumannya, dan membawa Giara erat kedalam dekapannya. Lalu, dia berkata
"Gue putus sama cewe gue"
Deg.
Entahlah, Fungsi otak Giara sepertinya benar-benar berhenti tiba-tiba. Tubuhnya membeku, dia bingung.
Jadi, apa sebenarnya makna dari ciuman Noah tadi? Apakah hanya sekadar sedang melepaskan rasa frustasinya karena hubungannya dengan kekasihnya yang terpaut satu tahun itu telah berakhir?
Astaga..
'Gue bego banget,' batin Giara. Dari sini, fungsi otaknya tiba-tiba saja kembali secara perlahan-lahan. Ia baru sadar. Ia benar-benar merasa seperti orang bodoh disini. Yang terima-terima saja diperlakukan seperti itu oleh seseorang yang jelas-jelas memiliki kekasih.
Dan apa kata Noah tadi? Hubungannya dengan kekasihnya telah berakhir? Apakah itu artinya Noah hanya menjadikan Giara sebagai pelampiasan rasa kesal dan frustasinya?
Oh ayolah Giara! Dua puluh dua tahun kau hidup di dunia, apakah tidak bisa lebih memalukan dari ini?!
'Kenapa sih gue malah terima ciuman dia, gue juga kenapa lupa sih kalo dia tuh punya pacar?' batin Giara merutuki perbuatan laknat yang baru saja dia lakukan bersama Noah.
Tersadar, Giara langsung saja melepaskan pelukan Noah secara paksa, kemudian
Plak!
Giara menamparnya. Giara tidak bicara apa-apa lagi. Jangankan berbicara, memandang Noah saja rasanya dia tidak sanggup. Dia malu. Marah. Dan, entahlah.. kecewa?
Ck, tapi sebenarnya kenapa? Kenapa Giara harus merasa kecewa? Giara pun tidak tahu jawabannya. Tidak mau berpikir lebih keras, akhirnya Giara memutuskan untuk segera meninggalkan Noah dan ruang operasi. Melupakan fakta akan dirinya yang sedang bertugas jaga pada malam hari ini.
Sekitaran pukul setengah 9 malam, saat ini Giara yang sedang bersantai sembari memakai sheetmask pada permukaan wajahnya di dalam apartemennya yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Tiba-tiba saja, acara bersantainya itu terganggu karena suara seseorang yang memencet bel apartemennya berkali-kali dengan sangat tidak sabaran. Orang itu benar-benar hanya memencet bel apartemennya tanpa mengeluarkan suara sama sekali.
Membuat Giara dengan langkah malasnya terpaksa beranjak dari kasur empuknya guna membuka pintu apartemennya dan melihat siapa tamu tak diundang yang berani mengganggu acara bersantainya malam ini.
"BANGSATTT!!" Teriak Noah –si tamu tak diundang– dengan nyaring, membuat telinga si pemilik kamar apartemen ini pengang bukan main.
"Gila lo ya? Lo pengen bikin gue jadi tuli mendadak gara-gara teriakan lo hah? Sinting!" Omel Giara sambil mengelus dadanya demi menenangkan detak jantungnya. Benar-benar tamu yang tidak punya sopan santun.
"Ya lo pikir coba, gimana gue ga kaget kalo malem-malem lo keluar sambil pake masker kayak hantu begitu, yang gila siapa coba !?"
Giara berdecih sambil memutar bola matanya malas "Kenapa jadi lo yang sewot deh. Mending pulang aja kalo tujuan lo tiba-tiba kesini cuman mau maki-maki gue, mood gue lagi buruk banget hari ini. Lo tau lah pasti gara-gara siapa." sindirnya.
"Ah, iya.. sorry. Lo kenapa sih tadi udah lari duluan aja? Cerita gue belom selesai lo udah ngibrit balik aja." balas Noah sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Iya, akibat Giara yang meninggalkan ruangan operasi tanpa tanggung jawab padahal hari itu ia yang bertugas jaga, Noah pun dengan antara rela tidak rela menggantikan posisi Giara untuk tugas jaga malam.
Karena kebetulan hari ini adalah jaga terakhir mereka di stase anestesi, maka dari itu jam jaga hanya diperuntukkan hingga pukul tujuh malam. Entah apa yang Noah lakukan dalam rentang waktu satu setengah jam sisanya sehingga akhirnya memutuskan untuk mendatangi Giara di apartemennya.
"Y-ya.. Lo sih. Lo yang putus sama cewe lo malah jadiin gue pelarian, gimana gue ga kesel"
"Astaga Giara! Siapa emang yang jadiin lo pelarian?"
Noah mengacak rambutnya frustasi sembari menghembuskan napasnya kasar. Kemudian ia melanjutkan, "Gini, waktu itu lo pernah nanya hal ini sama gue. Iya. Lea yang naksir gue duluan. Gue terima dia karena gue berpikir gue akan suka dia juga pada akhirnya. Dan hubungan gue berjalan baik-baik aja sama dia pada awalnya. Tapi, entah kenapa satu bulan belakangan ini hambar banget. Mungkin karena kita yang udah sama-sama mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Gue yang sibuk dengan kehidupan koas, dia yang sibuk persiapan buat soca, sidang dan lainnya."
"Hm,"
"Sampai akhirnya, gue masuk stase anestesi. Bareng Jemian, Sonia dan juga lo."
"Gatau ya gue.. tapi dalam kurun waktu 5 minggu ini gue udah ngerasa nyaman banget sama lo. Gue pengen dideket lo terus, jail sama lo, bahkan gue cemburu kalo lo deket-deket sama Jemian. Dan gue gak pernah ngerasain hal ini waktu sama Lea." Lanjut Noah.
Giara sih hanya diam sambil menyimak, padahal sebenenarnya jantung dia sudah ingin meloncat keluar, perasaan berdebar, keringat dingin .. astaga.
"Gue tau gue brengsek. Tapi, perasaan emang ga bisa dipaksain kan? Seberapa keras gue mencoba, gue emang gak bisa jatuh cinta sama Lea. Dan tadi sore tuh puncaknya. Akhirnya gue sama Lea putus, secara baik-baik. Gue lega banget jujur. Tapi gue sedih juga, inget kalo hari ini hari terakhir kita stase bareng.. akhirnya gue mutusin buat jaga bareng lo. Dan sorry banget kalo tadi gue lancang cium lo. Gue suka sama lo Gia.. tapi tenang gue gabakal minta lo buat jadi pacar gue sekarang kok, gue tau ini kecepetan jadi gue bakal kasih lo waktu."
"Dih, waktu buat apaan?" Tanya Giara.
"Waktu buat lo jawab lo mau jadi pacar gue."
Giara membelalakan matanya, menatap tidak percaya pada sosok di depannya. Apa-apaan, kenapa pria di depannya ini kepedean sekali. "Emangnya gue bakalan mau?"
Kemudian, tiba-tiba Noah melepas sheetmask yang masih bertengger di wajah Giara, setelahnya membawa cewek mungil itu kedalam pelukannya, pelukan yang terasa hangat dan nyaman bagi Giara.
"Harus mau, titik."
Giara terkekeh geli sambil memukul pelan puncak kepala Noah "Dasar tukang seenak jidat!" katanya, lalu balas mendekap Noah sama eratnya. Melupakan fakta akan dirinya yang marah kepada Noah beberapa jam yang lalu.
Astaga, dangdut sekali pasangan ini.
Ah, anyway Giara tersadar akan sesuatu ..
"NOAAH!!! Gue kan lagi tugas jaga hari ini! " kemudian Giara segera melepas pelukannya dengan Noah, memakai sepatu berwarna putih miliknya lalu segera bergegas keluar dari apartemennya menuju rumah sakit. Dibarengi dengan Noah yang ikut berlari mengejarnya sambil menyerukan nama Giara sepanjang jalan, berusaha mengingatkan bahwa waktu jaga sudah habis dan Noah yang sudah menggantikan tugasnya berjaga. Tanpa perduli dengan orang sekitar yang melihat mereka dengan tatapan aneh.
Empat tahun kemudian
Sudah empat tahun saja.. tidak terasa, ya?
Selama perjalanan empat tahun itu.. Giara berpacaran dengan Noah.
Mereka tidak selalu satu stase bersama, jadi terkadang mereka melakukan hubungan jarak jauh alias, long distance relationship.
Tidak selalu bertingkah lovey dovey juga, terkadang Giara dan Noah memang saling bertingkah manis, tetapi lebih sering seperti anjing dan kucing yang bertengkar karena alasan tidak masuk akal.
Tetapi, justru manisnya disitu.
Sekarang,
Giara dan Noah sedang melangsungkan wedding party.
Wedding party nya siapa ?
Tentu saja wedding party nya mereka.
Mereka hanya mengundang teman dekat mereka saja, dan tidak lupa para dokter yang sudah berjasa dalam membimbing mereka, terutama dokter Sena yang secara tidak langsung menjadi pemersatu hubungan Giara dan Noah.
"Tuhkan, saya bilang juga apa.. nikah juga kan kalian. Semoga bahagia ya..." kata dokter Sena kepada pasangan pengantin baru ini.
Giara dan Noah hanya bisa tertawa malu-malu sembari mengaminkan doa dari dokter Sena dalam benak masing-masing.
end .