“Kenapa sih Gem? Gerak gerak mulu ah.” Fourth berdecak sebal, sedikit memukul tangan Gemini yang diistirahatkan pada pinggangnya– sebab yang lebih tua sedari tadi tidak berhenti bergerak gelisah, membuat Fourth tidak dapat berkonsentrasi dalam menonton interaksi antara Ongsa dan Sun yang akhirnya telah resmi berpacaran melalui smart TV di ruang tamu rumah Fourth.


Siang ini, memang hanya ada Fourth dan Gemini yang ada di dalam rumah. Mama Mai sedang pergi arisan dengan teman-temannya, sementara Pond– tentu saja kakak lelaki Fourth itu akan menghabiskan waktu weekend di kediaman kekasihnya. Itu memang sudah menjadi rutinitas Pond sejak dulu. Posisinya saat ini Fourth sedang menidurkan kepalanya di paha Gemini yang dialasi bantal sofa, sementara Gemini duduk menyandar.


“Sorry sayang,” Gemini mencoba untuk stay cool. Padahal otaknya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan absurd tentang bagaimana cara yang tepat meminta izin kepada sang kekasih untuk mencium pipinya.


Tanpa Gemini sadari, tubuhnya kembali bergerak ke kanan dan kekiri untuk membenarkan posisi duduk, sambil mengeluarkan helaan nafas yang bisa didengar oleh kekasihnya. Hal tersebut tentu saja membuat Fourth kembali berdecak. Lagi seru loh ini, Ongsa lagi ciumin pipi Sun!


“Kenapa sih, ish?” Fourth mendudukan dirinya sambil memencet tombol pause pada remote TV, kemudian menatap Gemini sebal karena mengganggunya menonton. “Kamu laper?”


“Enggak,”


“Gak mau nonton ini?”


“Mau kok…”


“Terus kenapa, sayaaang?” Fourth mencondongkan tubuh, memperhatikan muka Gemini yang dari jauh terlihat cukup pucat. “Ih kok kamu pucet sih?! Nggak enak badan?”


“Enggak, Snoopy.” Gemini buru-buru menahan tangan Fourth yang hendak mengecek suhu tubuhnya.


“Ya makanya jawab kamu kenapaaa? Dari tadi kayak gelisah banget, terus ngehela nafas terus. Aku mana ngerti kamu pengen apa kalau kamu nggak bilang?”


“Itu…”


Masa gua harus bilang dari tadi gua mikirin gimana cara buat nanya boleh nyium pipi lu atau enggak sih?!


“Apa?” Tanya Fourth lagi. “Gak apa apa, bilang aja. Kamu takut aku marah marah atau gimana sampe nggak berani bilang?”


“Bukan gitu, aku… itu…”


“Eh tai lah kamu kan tau kesabaran aku setipis tisu dibelah tujuh. Kasih tau nggak?!” Kalau Fourth udah melotot gini, tandanya Gemini gak punya pilihan lain selain mengutarakan apa yang lagi ia pikirkan.


Laki-laki yang lebih tua pun menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal, kemudian menghindari tatapan mata Fourth dengan cara menyapu pandangannya ke sekeliling ruangan. Secara tidak disengaja, iris Gemini berhenti pada layar smart TV. Jika ini adalah film kartun, mungkin saat ini muncul bunyi TING! dan gambar lampu di sekitar kepala Gemini.


Fourth mengernyitkan dahi ketika pacar besarnya mengangkat tangan dan menggunakan jemarinya untuk menunjuk layar TV. Tidak mengerti.


“Play lagi seriesnya?”


“Bukan,” Gemini menggelengkan kepala, lalu menoleh ke arah Fourth. “Mau kayak gitu, boleh nggak?”


“Hah?”


“Ah, snoopyyyy,” Gemini merengek frustasi. “Aku mau kayak Ongsa… ke Sun… tapi sama kamu… boleh nggak?”


Fourth terdiam sebentar untuk mencerna perkataan Gemini, ia memperhatikan layar televisi yang sedang menunjukkan adegan dimana Ongsa menciumi pipi Sun dikasurnya. Gemini mau kayak Ongsa ke Sun, tapi sama gue… OH!


“Maksudnya kamu mau nyium pipi aku?” Tanya Fourth tanpa basa basi. “Jadi dari tadi kamu gelisah banget karena pengen nyium pipi aku?”


“Iya, ah elah! Gak peka banget sih.”


“HAHAHAHAHAHAHAH!” Tawa Fourth pecah, lelaki 178cm itu benar-benar terbahak-bahak hingga ia harus memegangi perutnya yang menjadi sakit karena tertawa. Sementara telinga yang ditertawakan tiba-tiba memanas, merah sekali. Gemini tersipu, tapi Fourth malah sibuk menertawakannya. Jahat!


“Stop ketawa gak! Jahat banget!!” Gemini mengambil bantal di pangkuannya, kemudian menempelkan bantal tersebut pada wajah Fourth– seakan-akan sedang membungkamnya.


Bukannya berhenti, yang lebih muda malah tambah cekikikan. Ia menjauhkan tangan Gemini dan bantalnya dari wajah, kemudian secara perlahan menghentikan tawa setelah merasa nafasnya memendek.


“Maaf, maaf, aku bukannya ngeledekin kamu, tapi beneran lucu banget!” Fourth menghapuskan air mata yang hampir jatuh dari ujung matanya karena terlalu banyak tertawa. “Maksud aku, yaudah sih, kan kalau mau cium tinggal cium?!”


Gemini berdeham. “Emang boleh kalau langsung cium?”


“Boleh lah! Kamu kan pacar aku, gimana sih kocak!” Fourth menggeleng-gelengkan kepala. Ia kembali mencondongkan badan ke arah Gemini dengan kaki bersila di atas sofa, kemudian menggembungkan sebelah pipinya. “Cium.”


Gemini rasanya mau gila. Fourth dengan pipi gembung seperti itu adalah hal yang paling menggemaskan sedunia! Munmuang pun kalah saing dengannya.


“Kenapa diem doang? Nggak mau jadi?”


“Jadi!” Sahut Gemini buru-buru.


“Yaudah cepetan laaah. Pegel nih akunya.”


Gemini menelan ludah, kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Fourth. Tangannya sengaja ia letakkan pada rahang sebelah kanan kekasihnya sebelum membubuhkan kecupan selama sepuluh detik pada pipi yang lebih muda.


Bukan hanya Gemini, tetapi anak laki-laki di hadapannya juga merasakan jutaan spesies binatang dimuka bumi ini sedang berpesta di perut mereka masing masing. Setelah Gemini menjauhkan bibirnya dari pipi pacarnya, Fourth berdeham untuk menyembunyikan salah tingkah.


“Udah?” Tanya Fourth. “Satu kali doang?”


“Dua kali boleh?” Tanya Gemini, matanya mengunci tatapan mata Fourth.


Fourth benar-benar mulas, hatinya terasa seperti ingin pecah sekarang juga. Gemini membuatnya gila! Fourth ingin menyapu pasir di Pantai Kuta sekarang juga!


“Snoopyyyyy,”


“Boleh, sayang. Seribu lima ratus lima puluh kali juga boleh.”


Celetukkan itu membuat Gemini reflek tertawa geli. “Siap bos!”


Mungkin, adegan dimana Gemini memeluk Fourth sangat erat sambil menciumi pipi kekasihnya bertubi-tubi tidak perlu dijelaskan lebih lanjut. Biarkan Ongsa dan Sun di layar TV yang menjadi saksi bisu kemanisan sepasang kekasih ter-alay semuka bumi di hari Minggu yang cerah ini.