Snoopy


Sore itu, Fourth mendudukan dirinya di bleachers, tepatnya di sebelah Phuwintang ketika ia sedang menunggu kakaknya selesai bermain futsal. Winny dan Satang sudah pulang lebih dahulu karena pertandingan untuk kelas 11 telah usai. Sedangkan teman baru Fourth, Gemini, ia diajak para anak kelas 12 untuk bermain lagi di babak ini karena mereka kekurangan pemain.


Kalau bukan karena harus menunggu Pond karena mereka harus pulang bersama, jelas Fourth tidak akan ada disini dengan kondisi kakinya yang pegal-pegal setelah bermain futsal dengan ekstra beberapa puluh menit yang lalu.


PRITTTTTT!


Peluit itu menandakan pertandingan selesai. Tim B berhasil mengalahkan Tim A dengan total skor 2:0, dimana artinya tim Archen dan Gemini mengalahkan tim Pond.


"Sunshine!" Archen tiba tiba sudah berdiri di hadapan Fourth, ia menumpu tangannya di kedua lutut. “Cieee, itu pasti minuman buat gua ya?”


Mata Fourth mengikuti arah telunjuk Archen yang ternyata menuju ke botol minum bergambar Snoopy miliknya, kemudian menggaruk pipi yang tidak gatal. “Sorry bang, itu punya gue tadi. Udah abis lagi…”


Archen terkekeh dan mengangguk mengerti, lalu menepuk kepala Fourth satu kali. “Gak apa apa, ngeliat muka lu aja bikin haus gua ilang kok.”


HADEH.


“Heh, gak usah pegang pegang. Dia adek gua kalau lu lupa.” Pond yang duduk di sebelah Phuwin menatap Archen nyalang.


“Wehh, chill.“ Fourth menepuk paha Pond. “Gak apa apa bang, I’m getting used to it, kok. Lagian gue tau lo cuma bercanda.”


Archen cuma bisa tersenyum miris karena faktanya, the feelings are real. Dia gak pernah bercanda soal naksir Fourth selama ini.


“Chen, dipanggil Coach Guy.” Gemini yang baru saja selesai berbincang dengan si pelatih berlari kecil menghampiri mereka berempat. Archen mengangguk, kemudian bergegas untuk menghampiri Coach Guy setelah melambaikan tangannya pada Fourth.


“Pond, bagi air dong. Yang gua abis.” Pinta Gemini kepada Pond setelah mendudukan dirinya di samping Fourth.


“Kasih tuh, Phu.”


Phuwintang baru saja ingin memberikan botol minum Pond kepada Gemini, tetapi Fourth sudah keburu menyodorkan botol minum Snoopy miliknya kepada Gemini.


“Nih yang gue, minum aja.”


Pond dan Phuwin lantas saling menatap satu sama lain karena bingung dengan perubahan sikap Fourth. Pasalnya, bocah itu bilang minumnya sudah habis ketika Archen meminta. Tetapi giliran Gemini, Fourth malah memberikannya secara cuma-cuma kepada lelaki itu.


Apakah ada yang Pond lewatkan?


Gemini tersenyum kecil. “Thanks, Fourth. Gue habisin gak apa apa?”


“Habisin aja, santai.” Ujar Fourth, kemudian membuka ponselnya untuk scroll Twitter.


Gemini pun meminum air putih milik Fourth hingga habis tak tersisa. Bermain futsal berkali-kali membuat energinya terkuras. Tetapi untungnya, botol Snoopy ini cukup membuat Gemini kembali bersemangat dan sumringah.


“Eh, thanks tadi saladnya. Sebenernya lo gak usah traktir gue sih, selama ini juga gue jarang ditraktir temen-temen gue.”


“Sama-sama. Gak apa-apa, gua iseng doang kok pengen traktir lo.”


“Nih, lucu Snoopy.“ Gemini mengembalikkan botol itu kepada Fourth. Karena Pond sedang membicarakan sesuatu dengan Phuwin, maka ia memutuskan untuk mengajak Fourth bicara agar suasananya tidak canggung dan membosankan. “Karakter kesukaan lu?”


“Coooy!” Bukannya menjawab, Fourth malah mengangkat kaki untuk memperlihatkan kaos kaki bergambar serupa kepada Gemini, membuat yang lebih tua tertawa.


“Anak TK lu ya?”


“Eh, Snoopy buat semua umur ya. Lo jangan sembarangan, Gem!”


“Iya iyaa.” Kekeh Gemini. “Kok lu gak balik kayak Winny sama Satang?”


“Nunggu Pond tuh, gue tadi berangkat sama dia soalnya motor tiba tiba mati. Terus disuruh mama pulang sama dia juga.” Jelas Fourth, Gemini mengangguk paham.


“Rusak kali tuh CDI-nya, penyakit Vespa emang gitu suka mati tiba tiba. Makanya gua ganti.”


“Gak tau tapi kayaknya dinamo starternya deh, soalnya tadi gue cobain lampu depannya redup terus klasonnya juga kecil. Mau gue bawa ke bengkel nanti.”


“Sendiri?”


“Enggak, nanti tunggu mama pulang.”


“Oooh.” Gemini membulatkan mulutnya. Padahal dalam hati ia sudah berencana ingin menemani Fourth ke bengkel.


Memang hidup itu tidak boleh berekspektasi terlalu tinggi.






“Ah anjing, tau gitu dari tadi gue nebeng Winny atau Satang aja!” Fourth mengeluh dengan bibir mencebik ketika ia tahu Pond ingin mengajak Phuwin dan dirinya untuk pergi ke bioskop sebelum pulang. Pasalnya, ia benar-benar muak menjadi nyamuk diantara kakak dan pacarnya itu, ide pergi ke bioskop bersama mereka adalah ide yang buruk. SANGAT BURUK.


“Lo anter gue pulang dulu lah, Pond. Baru ke bioskop sama Kak Phu.”


“Ya muter-muter dong, dongo. Udah lah ikut kita aja, lu yang numpang lu yang ribet.”


“Kalau motor gue gak rusak juga gue gak bakal numpang, tai!”


“Udah lah sini gua isiin gopay aja lu balik sendiri!”


“Ya kalau daritadi lo mau ngisiin gopay gue ngapain gue nungguin lo futsal sampe sore banget gini coba?!”


“Mau lu apa sih?!” Pond menjadi ikut emosi karena nada Fourth sejak tadi sama sekali tidak santai.


“Ngomongnya pada biasa aja dong jangan pake emosi…” Phuwin mengelus-elus pundak Pond dan Fourth bersamaan. Memang peran Phuwin diantara kakak-beradik ini adalah sebagai penengah ketika mereka berdua mulai bertengkar.


“NI BOCAH NGESELIN.”


“PACAR LO NGESELIN.”


Sehat sehat, Phuwintang.


Ketika Pond membuka ponselnya untuk mentransfer gopay kepada Fourth, Gemini bersama dengan motor gantengnya berhenti di depan lobby, berniat pamit kepada Fourth, Pond, dan Phuwin untuk pulang terlebih dahulu.


“Oi, balik ya.”


“Yoi. Hati-hati, Gem!” Phuwin melambaikan tangannya.


“Eh, Gem bentar!” Pond berjalan mendekat. “Bawa helm dua kagak?”


“Ada nih, mau minjem?”


Pond menggelengkan kepala. “Tolong anterin adek gua balik dong, rewel nih bocah.”


Fourth menghentakkan kaki ketika Pond menarik tangannya untuk mendekat ke arah Gemini. Sudah kesal malah dibuat semakin kesal.


“Katanya mau isi gopay!”


“Nungguin gojek nanti lama lagi Fourth. Udah kenapa sih nurut aja sekali?!”


Gemini terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat kakak-beradik yang bertengkar tidak tahu tempat tersebut. Ia pun mengambilkan helm-nya yang lain, kemudian menyodorkannya kepada Fourth.


“Udah gua anterin aja, Fourth.”


“Udah cepetan sono!”


Sebelum meraih helm yang disodorkan Gemini, Fourth menyempatkan diri untuk menginjak kaki kakaknya terlebih dahulu, kemudian menaiki jok motor Gemini yang lumayan tinggi.


“SAKIT!”


“BYE!”


Gemini tertawa. “Duluan Pond, Phu.”


Memencet klakson, motor ganteng Gemini pun bergerak meninggalkan Pond dan Phuwin keluar area sekolah. Tiba-tiba terlintas pikiran iseng di benak Gemini, lelaki itu mengatur spionnya sedemikian rupa hingga ia berhasil menangkap pantulan wajah Fourth yang sedang cemberut.


“Gak mau pulang bareng gue ya?”


“HAAAAAH?”


Oh, rupanya suara dia tenggelam oleh suara-suara di jalanan.


“GAK MAU PULANG BARENG GUE?” Gemini meninggikan suaranya agar Fourth bisa mendengar.


“MAU MAU AJA. TAPI SEBEL SAMA POND!”


“KENAPA SEBEL?”


“MALES NGOMONG NANTI AJA CERITANYA.”


“OKEE. UDAHAN DONG CEMBERUTNYA?”


Fourth mengernyitkan dahi. Bagaimana Gemini tahu ia sedang cemberut? Ia pun menyapu pandangan— hingga matanya bertemu dengan mata Gemini di spion motor.


“IH JANGAN NGELIATIN GUE, TAI!”


“LUCU SIH LU CEMBERUT KAYAK SNOOPY.”


SNOOPY AJA GAK CEMBERUT???”


“IYA SIH BUT THAT’S NOT THE POINT.”


“JANGAN LIAT LIAT!”


Fourth hendak menggerakkan tangannya ke depan, berniat untuk meraih spion motor Gemini dan menggeserkannya agar tidak mengarah pada wajahnya. Tetapi gerakan Gemini lebih cepat. Yang lebih tua buru-buru menangkap jemari Fourth, kemudian ia pegangi dan disimpan di pahanya agar yang lebih muda tidak bisa berbuat apa-apa.


Deg! Deg! Deg! Deg!


Jangan tanya suara jantung siapa yang berdetak tiga kali lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Jangan ditanya.


“MAKAN DULU YA, FOURTH? GUA YAKIN PASTI MAKANAN TERAKHIR YANG LU MAKAN SALAD DARI GUA KAN?”


Ah.