“Meow…”
Pria Virgo tersebut sedikit terkejut, dirinya yang tengah sibuk mengerjakan laporan kantor mendadak terdiam, jari-jarinya yang awal mengetik dengan cepat kini berhenti. Gyuvin menatap kearah pintu ruang kerjanya, saat terdengar suara pintu luar ruangannya digaruk kasar.
“Meow!”
Gyuvin full mengalihkan seluruh atensinya pada pintu. “Rick?” Panggil dirinya yang langsung berdiri menghampiri dan berjalan kearah pintu. Membuka pintu kayu hitam tersebut, ia terkejut mendapatkan Ricky berwujud setengah kucing dengan telinga, ekor, dan kedua tangannya yang berubah.
“Kamu kenapa?”
Ricky yang tengah duduk bersimpuh, dengan kedua tangannya diatas paha, serta matanya mengerjap lucu menatap Gyuvin dari bawah. “Meow…” Tangannya menggaruk-garuk kaki Gyuvin, “Aku gak di sayang-sayang seminggu sama Kakak.”
Matanya bulat, bibirnya mengerucut maju. Gyuvin menatap kearah hybrid kecilnya, ia berjongkok mengusap rambut hitam dengan jepitan telinga kucing pada kepala Ricky. “Maaf ya, nyang. Aku sibuk banget ini, masuk dulu ya?”
Ricky memejamkan matanya, menduselkan kepalanya pada tangan Gyuvin layaknya seekor kucing. “Gendong..”
Gyuvin tersenyum, menggendong tubuh kucing kecilnya, membiarkan kaki Ricky melingkar di pinggang Gyuvin dengan apik. Lengan Ricky mengalung indah pada bahu Gyuvin, mendusalkan rambutnya pada leher suaminya. Gyuvin menutup pintu, kemudian berjalan kembali ke kursi kerjanya, mendudukan tubuhnya dan Ricky diatas pahanya. Kembali menfokuskan dirinya pada laptop yang menyala. Membiarkan Ricky mendusalkan kepalanya, bermain dengan belakang kemejanya, menggaruk-garuk kecil.
Ricky merasa bahwa kembali diabaikan oleh sang dominan, lalu apa gunanya ia dibawa masuk? Ricky memundurkan wajahnya. Menghalangi pandangan Gyuvin kepada laptop dibelakang tubuh Ricky. Mata kucingnya menatap pria Virgo didepannya dengan galak, bibirnya maju, kedua tangannya bertengger di bahu lebar Gyuvin. “Aku jangan dicuekin!” Ucap Ricky.
Yang di ganggu tak merasa terganggu, justru ia malah tertawa hingga kedua matanya menghilang— ikut tersenyum. Melingkarkan kedua lengannya dipinggang Ricky, mengusap ekor hybrid kecilnya. Mengecup bibir merah strawberry milik Ricky, “Enggak dicuekin sayang,” Balas Gyuvin meyakinian. Senyum cerah Ricky tak terbendung, ia menggerakan pinggulnya hingga ekor yang melingkar dipinggangnya pun ikut bergerak.
Bak seekor kucing nakal, Ricky masih dengan kegiatannya. Hingga kedua tangan Gyuvin menggentikan pergerakan tersebut, membuat tatapan kecewa dari Ricky. Kedua telinganya turun, dari yang awalnya tegak. Kedua matanya seperti berkaca-kaca, bibirnya melengkung kebawah. “Kamu gak suka aku disini ya…” Ricky sedih.
Gyuvin menggeleng, “Enggak gitu nyang.” Menarik nafasnya, mengusap rambut Ricky dengan lembut, mengusapnya dengan sayang. “Boleh tunggu sebentar? Sedikit lagi ini, biar aku beresin dulu ya sayang?” Ucap Gyuvin dengan lembut. Ricky menjawabnya dengan anggukan, kembali memeluk leher Gyuvin dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Gyuvin.
Setengah jam Ricky menunggu, masih belum selesai Gyuvin dengan kegiatannya. Dengan sengaja Ricky mengecupi leher Gyuvin, menggigitnya kecil yang sudah dipastikan besok akan berubah menjadi merah. Mengendus leher Gyuvin. Menjilati, mengecup, menghisap— sudah Ricky lakukan. Gyuvin masih setia dengan laptopnya. Si Kucing dongkol. Sengaja menggerakan pinggulnya hingga selangkangan mereka saling bergesekan, membuat Ricky mendesah kecil di samping telinga Gyuvin. Karena tidak ada jawaban atau respon dari pria didepannya ini, Ricky kembali menggerakan pinggulnya. Menggesek selangkangan mereka berdua, mendesah kotor ditelinga Gyuvin.
Perlahan gerakan pinggul Ricky semakin cepat, ia dapat mendengar suara laptop yang di tutup dengan keras, namun ia memilih bodo amat. Ricky semakin cepat menggerakan pinggulnya, mendongakan kepalanya dengan kedua tangan yang mencakar punggung Gyuvin main-main.
“Rick…” Desah Gyuvin tertahan. Sebelum disambut dengan celana Ricky yang sudah basah. Kontras dengan jeans yang dia gunakan. Desahan panjang justru terdengar, dari pada jawaban yang Gyuvin butuhkan.
Matanya yang bulat menatap Gyuvin, berkaca-kaca dengan selangkangannya yang basah. “Hnghh mau Kak Gyuvin…”
Sejenak Gyuvin terdiam, namun kemudian ia menatap Ricky dengan serius. Membuat Ricky takut dan menunduk tak berani menatap Gyuvin.
“Ricky kucing pinter kan?”
“Iya..”
“Bisa ngeong kan?”
“Bisa..”
“Turun.”
Ricky langsung turun dari pangkuan Gyuvin, patuh pada tuannya.
Gyuvin tersenyum licik, ia mendekati wajahnya ke Ricky yang masih menunduk. “Buka celananya,” ucap Gyuvin. Ricky langsung menurut, membuka dan menurunkan celananya, hingga tidak menyisakan apapun. “Sudah…” balas Ricky.
“Punyaku juga gak dibuka?” Tanya sang dominan. Kepala Ricky langsung mendongak, menatap Gyuvin dengan mata yang berbinar, dengan cepat ia bersimpuh, membuka celana Gyuvin dan menurunkannya. Menatap kontol tegang Gyuvin yang berdiri tegak, mata Ricky seperti dipenuhi oleh bintang, matanya begitu berkilau. Gyuvin terkekeh, mengusap rambut hitam Ricky dengan lembut.
“Mau…. Ricky mau.” Ucap si kucing sembari menatap Gyuvin dengan memohon. Gyuvin yang ditatap seperti itu tak mungkin menolak bukan? Ia mengangguk, memberi Ricky izin untuk bermain dengan penisnya. “Boleh sayang, Ricky kucing pintar.”
Dengan itu Ricky langsung memasukan penis besar dan panjang Gyuvin kedalam mulutnya, menghisap penis Gyuvin dengan apik, hingga kepala sang dominan pening. Memejamkan kedua matanya, membiarkan Ricky diantara kedua pahanya yang sedang menghisap serta memainkan twins ball Gyuvin. Terkadang tangan Gyuvin akan meremas rambut Ricky. Mulut Ricky penuh, matanya berair hingga mengalir disebelah pipinya.
Kepalanya senantiasa maju mundur menghisap penis Gyuvin, sang pemilik justru semakin menekan kepala Ricky hingga tersedak. Penisnya menyentuh kerongkongan Ricky— deeptroat yang diberikan Ricky pada penis Gyuvin membuat desahan panjang dari sang pemilik. “Ahh Ricky— pinter banget sayang.” Pujian yang diberikan Gyuvin membuat vagina Ricky kembali basah. Kepalanya senantiasa menghisap, hingga rahangnya lelah. Pelepasan Gyuvin tak kunjung sampai. Ricky menggesekan vaginanya pada lantai, vaginanya gatal ingin dimasuki.
“Mmmmnhhh!” Kepala Ricky pening sekali, mulutnya sudah keram. Kepalanya ditarik mundur oleh Gyuvin, kemudian menarik tubuh Ricky diatas pangkuannya, tubuh Ricky terjatuh dan vaginanya menggesek penis berurat milik Gyuvin.
Kedua tangan Ricky bertengger pada bahu Gyuvin, mata sang Virgo menatap mata Ricky dengan penuh puja. Membuat Ricky tersipu, meremas pakaian Gyuvin. “Kamu jangan ngeliatin aku kayak gitu…” lirih Ricky. Suara tawa Gyuvin masuk kedalam pendengaran sang Kucing kecil. “Kamu gemes banget jadi kucing gini. Biasanya kamu jadi manusia utuh, mana hari ini kamu na—“ omongan Gyuvin terputus, Ricky dengan cepat menyumpal bibir Gyuvin dengan bibirnya. Mencium bibir Gyuvin dengan terburu-buru, mengigit dan menghisapnya. Kepalanya ia miringkan agar mempermudah dalam Gyuvin mempora-porandakan bibir serta mulutnya.
Tangan besar Gyuvin tak tinggal diam, kedua tangannya membuka kemeja hitam Ricky, hingga kedua tonjolan didadanya terlihat, kedua tangan Gyuvin merabanya hingga sampai kepinggang kecil hybrid miliknya. Mengusap ekor— titik sensitifnya hingga sampai ke bongkahan pantat Ricky. “Umhhh!” Desah Ricky saat Gyuvin menghisap lidahnya, mengulumnya dengan ganas serta tangannya yang dingin mengusap bibir vagina Ricky.
“Me—meowhhh! Nggggh!” Ciuman mereka terputus saat jari tengah dan manis Gyuvin masuk kedalam liang kawin sang hybrid. Remasan pada bahu Gyuvin mengeras, Ricky mengeluarkan cakarannya, dapat dipastikan baju Gyuvin akan didapatkan luka kecil karena ulah hybrid miliknya. Kepalanya mendongak, kedua matanya terpejam, “Kakak— ahh Kakak enakhhhh…” ucap Ricky dengan mulut yang terbuka. Gyuvin tertawa kecil melihatnya, mengecupi leher putih kucing kecil didepannya, “Enak banget ya sayang?” Anggukan kepala Ricky menjadi jawaban yang sudah pasti. Mulutnya masih sibuk mendesahi Gyuvin saat kedua jarinya mempora-porandakan lubang kawin tersebut.
“Lebih enakhh— OHHHH! Kontol Kakak uhhh Kakak lebih cepathhh… NGHHH!” Jeritan Ricky di akhir membuat Gyuvin semakin menpercepat jarinya, mengawini lubang tersebut hanya dengan jari panjangnya, hingga pelepasan Ricky datang. Membasahi jari dan paha Gyuvin. Tubuh Ricky melemas, kepalanya ia senderkan pada bahu Gyuvin, mengatur nafasnya. “Udah capek, adek?” Tanya Gyuvin. Ricky dengan lemah menggeleng, menjauhkan kembali kepalanya “Belum di masukin kontol Kakak…”
“Tapi kamu keliatan udah capek banget?”
Tubuh Ricky yang awalnya lemah kembali dipenuhi energi, menatap Gyuvin yakin bahwa dirinya belum lelah. Ia ingin lebih. Tangannya ia bawa ke penis Gyuvin. Penis besar pria Virgo ini kembali menegang, membuatnya mendesis sembari meremas pinggul sang hybrid. “Kakak, pasti kontol Kakak kangen memek Adek. Kakak jangan gitu…” ujar Ricky pelan, sembari tetap memainkan penis Gyuvin yang sudah kembali menegang.
“Tuh, kontol Kakak kangen memek Adek.” Tubuhnya ia angkat, menggesek penis Gyuvin dilipatan memeknya. Menggeseknya dengan sengaja, menggoda sang ‘Kakak’ pinggulnya bergerak maju mundur dengan satu tangannya memegang bahu lebar Gyuvin. Kepala Gyuvin mendongak merasakan sensasi yang dilakukan oleh kucing kesayangannya ini. Meremas pinggul yang lebih kecil, “Shh sayang..”
Ricky mendekati wajahnya ke leher Gyuvin, kembali menciumi dan memberikan tanda kemerahan pada leher suaminya. Ia mendekati bibirnya ketelinga Gyuvin, mengecupnya basah mengusap tengkuk Gyuvin dengan sensual. Sembari bagian bawah mereka saling menggesek, “Ughh Kakak… Enakhh umh” ia berhenti, kemudian kembali melanjutkan kalimatnya dengan menatap Gyuvin “Kakak mau pakai aku sampai aku pingsan kan?”