— Nathan & Bintang
“Hey..” Sapa Nathan dengan senyuman semringahnya ketika Bintang membuka pintu mobilnya.
“Hey, Nath.” Bintang membalas, ia tersenyum tipis.
“Anak ayah lemes banget?” Ucap Nathan, ia mengecup kening anaknya.
“Kata Rere abis bobo siang dia, Nath. Masih belum kumpul nyawanya, soalnya perjalanan dari apartment Rere sampe ke cafe dia bobo.” Jelas Bintang.
Nathan mengangguk pelan, “Oh... pantes.”
“Kita mau kemana? Kamu mau kasih surprise apa?” Tanya Bintang, sambil memasang seat beltnya.
Nathan menyalakan mesin mobilnya, kemudian segera meninggalkan area tempat Bintang bekerja, “Kan aku bilang, ini surprise. Kalo dikasih tau sekarang namanya bukan surprise dong, kecuali kayak yang aku bilang tadi— kamu cium aku baru aku kasih tau.”
Bintang memutar kedua bola matanya, “Dih..”
“Hahaha, ikut aja ya sayang. Nanti bakal tau sendiri kok.” Nathan meraih tangan Bintang, memberikan kecupan di punggung tangan nya.
“Tadi gimana? Kok bisa Fano ke Wildflowers?”
“Gak tau, aku juga pas ngelayanin pesanannya dia gak ngeh kalo itu Fano soalnya pake masker. Kata dia lagi nemenin papa nya ketemu sama klien, emang sih dia lagi sama orangtua gitu. Jadi ya... gitu deh.”
“And ended up taking a selfie together?”
“Ya.... udah tau sendiri kan kamu gimana sifat dia, pengen nya ngeledekin kamu terus.”
“Katanya mau cium aku biar gak cemburu lagi..”
“Harus sekarang banget? Kamu lagi nyetir gini?”
“Okay, nanti kalo udah sampai ya?”
“Mau kemana nya aja aku gak tau, Nath.”
“Iya Bintang, nanti kamu bakal tau kok.. sabar ya.”
Bintang hanya mengangguk pelan, kemudian suasana kembali hening— Nathan yang fokus menyetir dan Bintang yang memperhatikan tiap sudut jalan.
Setelah 20 menit berlalu, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Nathan menuju basement untuk memarkirkan mobilnya.
“Udah sampe, Fio sini sama ayah aja ya. Kasian papa abis kerja capek kalo harus gendong kamu.” Ucap Nathan, melepas seat beltnya.
“Udah sampe?” Tanya Bintang, bingung.
“Turun dulu, nanti aku kasih tau.” Nathan turun dari mobilnya, diikuti Bintang di belakang.
“Kamu ajak aku dan Fio ke apartment kamu?” Tanya Bintang sekali lagi, ia melihat-lihat sekelilingnya dengan tatapan heran.
Nathan kembali meraih tangan Bintang, ia menggenggamnya dengan erat, “You will see.”
Bintang hanya terdiam, ia membiarkan Nathan menggenggam erat tangan nya membawanya menuju lantai 21 melalui lift yang terlihat cukup bersih dan mewah berbeda dengan lift di apartment tempat dimana ia tinggal.
Suasana di dalam lift masih tenang dan hening, bahkan Fio pun terlihat bingung— pikirnya tempat ini terlihat asing bagi nya tidak seperti biasanya.
Ting! Kini pintu lift terbuka; tepat di lantai 21 dengan nomor unit 302 tak jauh dari posisi mereka.
Setelah tiba di depan kamar 302, Nathan menempelkan ibu jari nya tepat di lubang finger print unitnya, setelah pintu unitnya ia buka— ia mempersilahkan Bintang untuk masuk terlebih dahulu dari nya, “Masuk..”
“Nath.. aku bingung.” Ucap Bintang.
“I already prepared this two days ago, Bin.” Ucap Nathan, ia menurunkan Fio dari gendongannya.
“Maksudnya gimana?” Bintang menatap wajah Nathan dengan tatapan heran.
“Ini surprise nya, sayang. New apartment for us.”
“Nath? Seriously?”
“Ye—yes? Kenapa? Gak suka ya? Kurang gede?”
“No, not that. Ini kelewat gede banget! Jauh banget daripada apartment punya aku, ini kamu serius? Beneran? Jangan bilang kamu beli apartment ini buat aku, bukan sewa?”
“Serius, serius aku gak bercanda.”
“Answer the last question!”
“I bought this apartment for you, Bin.”
“Udah gila....” Bintang menggelengkan kepalanya.
“Well, kalo emang kurang suka dengan desain nya kita cari yang lebih bagus dari ini gimana?”
“Nathan, jangan gila ah! Kamu udah beli berarti kamu udah deal, udah payment dan segala macem. Gimana ceritanya cari yang lebih bagus dari ini?!”
“Hahaha, here you go. Apartment baru untuk keluarga kecil kita, aku bakalan lebih sering stay di sini nemenin kamu dan Fio tapi kadang nanti aku pulang sehari dua hari ke apartment aku ya..” Nathan menarik tubuh Bintang ke dalam pelukannya, mengecup kepalanya.
“Nath, you don’t have to do this. Seriously.” Ucap Bintang yang tenggelam dalam pelukan Nathan.
“Jangan ngomong gitu, kamu dan Fio kan tanggung jawab aku Bin. Jangan pernah ngerasa berat atau gak enak untuk semua yang udah aku kasih. Ini semua udah jadi kewajiban aku sebagai ayahnya Fio.” Nathan mengusap rambut Bintang dengan lembut, “Soal nanti Fio dititipin ke siapa, nanti kita omongin lagi ya. Sementara minta tolong Rere dulu untuk jagain Fio.”
“Thank you, Nath. Really, gak perlu sebenernya.”
“Ada satu lagi, Bin..”
“Apa lagi, Nath? Jangan aneh-aneh.”
Nathan melepas pelukan nya, meninggalkan Bintang menuju ruang kamar tidurnya.
“Fio, pegang wajah papa.. papa nervous.” Bintang meraih kedua tangan anaknya, meletakan kedua telapak tangan nya di wajahnya sedangkan Fio menatapnya dengan bingung.
“Bin, can you close your eyes?” Teriak Nathan dari balik pintu kamar tidurnya.
“Why should i?” Tanya Bintang.
“It’s called surprise, hurry.” Jawab Nathan.
“Mmm, udah.”
“Okay, aku keluar.”
“Nath, are you done? Where are you?”
“Di depan kamu, kamu boleh buka mata kamu setelah itungan ke tiga ya? Ready?”
Bintang hanya mengangguk, menunggu itungan ketiga keluar dari mulut Nathan.
“1...2... be ready, 3. Open your eyes.”
Ketika itungan ketiga, Bintang membuka kedua matanya dan Nathan berlutut di hadapan nya dengan sebuket bunga mawar putih di genggamannya.
“Bin... will you please be mine again?” Ucap Nathan.
Bintang menghembuskan nafasnya berat, menggelengkan kepalanya, “Nathan, i’m really sorry but i can’t...”
Raut wajah Nathan seketika berubah, ia terlihat bingung perlahan menurunkan genggaman buket bunga nya, “Oh.. well... okay.”
Bintang tertawa, “Get up silly, of course i will.”
“Ahhhhh...” Nathan bersujud, lemas “Don’t playing with my heart like that, Bintang. I swear.”
“Get up, silly.” Bintang menarik lengan Nathan, meminta nya bangun dari sujudnya, “Lebay deh.”
“No, but seriously. Bintang, serius.” Ucap Nathan.
Bintang berjinjit, meletakan kedua tangannya di wajah Nathan dan memberikan kecupan di bibir Nathan dan melumatnya dengan perlahan diikuti dengan Nathan membalas lumatan bibirnya, “Yes, i’m serious.”
Mendengar jawaban Bintang, Nathan tiba-tiba mengangkat tubuh Bintang dan menggendongnya hingga membuat si mungil tertawa geli, “Nathan turunin gak?! Itu Fio bingung ngeliatin!”
“Thank you, Bin. Thank you.” Ucap Nathan, ia kembali memeluk tubuh si mungil dengan erat.
Bintang hanya tersenyum, kembali mengecup bibir si tinggi menatap kedua mata nya dengan penuh cinta.
I will fight for our love starting from today, Bin.