nyaman
usai memutuskan untuk berpisah dengan hyunjae dan younghoon yang mau explore lebih banyak destinasi turis, akhirnya hanya ada mereka berdua di sini.
“jepang cantik cantik banget ya, yok?”
yang dipanggil uyok menoleh ke sisi kanannya, ada pria kecil yang sudah lama tak ia jumpai di sana.
“hmm?” gumamnya memastikan.
“jepang cantik banget, pantes kamu nyaman di sini.” tegas camin sekali lagi.
kali ini gumaman uyok disertai dengan anggukan, keduanya memandang lurus panorama negeri sakura dari pinggir sungai yang hening.
ahh nyaman ya..
ngomong-ngomong nyaman, dulu ada kamu yang ngomong kaya gitu pas kamu lagi di kamar kost-ku, atau lagi boncengin aku, atau lagi di pendopo prodi-ku. kalau aku gak salah mengartikan, mungkin maksudmu entah di manapun kamu berada, asal sama aku kamu nyaman ya? kamu nyaman sama aku?
keduanya lelah.
lelah mengejar dan memberi kabar.
“waktu itu kamu bilang kamu mau ngomong, yok. mau ngomong apa?”
“aku dapet tawaran kerja di sini.”
“terus kamu gaakan pulang?”
“aku pulang sama kamu, ngurus skripsi sama wisuda, abis itu aku balik lagi ke sini.”
“kamu.. mau ikut aku?” ada keraguan di pertanyaan yang baru saja uyok lontarkan.
alih-alih menjawab camin bertanya balik “kamu selama di sini sibuk ngapain aja? boleh gak bawa aku ke tempat yang biasanya kamu datengin selama ke sini?”
bilang camin payah, tapi sesungguhnya ia gak sanggup dengar apapun yang akan menjadi bahan obrolan ia dan uyoknya.
hari itu mereka lalui dengan berkelana ke tempat-tempat yang biasa uyok datangi, bertemu dengan orang-orang yang biasa uyok temui. ditutup dengan makan malam bersama sahabat uyok di sini, namanya eric dan sunwoo, mereka cerita banyak tentang uyok.
uyok yang camin tidak kenali.
aku mau tau apa aja kegiatan kamu
biar aku bisa liat sesibuk apa kamu sampai terbiasa bisa tanpa aku.
ternyata kamu betulan sibuk.
sibuk mencari siapa dan apa mau kamu sebenarnya.
sebenarnya aku sedikit lega karena sebagian dari pikiran jelekku gak kejadian, seperti kamu diculik yakuza atau kamu kena bencana.
tapi rasa takutku gak hilang karena kali ini pikiranku yang paling sepele menang, kamu sudah terbiasa bisa tanpa aku. nyamanmu kali ini gak butuh aku.
dulu untuk mendefinisikan nyamanmu harus ada aku dengan kata itu. sekarang sudah tidak begitu, kamu sudah nyaman dan kamu sudah tidak butuh aku.
mungkin bukan salah jepang, tapi salah aku.
usai hari yang panjang uyok membawa camin ke hotel yang sudah ia pesankan, untuk mereka bertukar rindu.
masih kah ada kerinduan diantara keduanya?
“mes-ku campur sama orang lain, gabisa untuk kamu nginep, kita pesen hotel aja ya?”
“boleh.”
percakapan mereka di telfon kala camin memberi info kalau permohonan visanya diterima.
sekarang uyoknya sudah ketemu, terus camin harus apa?
“kamu belum jawab pertanyaan aku tadi, kamu mau ikut aku ke sini?” uyok bertanya di ujung ranjang yang mereka duduki, keduanya sudah mengenakan baju tidur dengan rambut yang masih setengah basah, uyok mengusap surai kecoklatan camin.
camin balas mengusap ujung bibir uyok, “aku kangen kamu.” masih belum menjawab pertanyaan uyok.
keduanya bercumbu, cumbuannya cenderung tergesa-gesa, mungkin mengisyaratkan ‘kamu kangen kamu.’
ternyata keduanya masih rindu.
saling berbagi cumbu, peluh, rindu dan air mata, keduanya salurkan di malam ini. malam ini adalah malam yang panjang untuk keduanya.
tidak ada percakapan selain “aku kangen kamu.” dan “aku juga.” ketika mereka bersatu.
keduanya saling merindu.
ada keduanya dengan nafas masih belum beraturan, yang masih belum berbusana di balik selimut, ini pertama kalinya keduanya bertemu pandang saat berbicara semenjak yang kecil menginjakkan kaki di mimpi yang besar.
ada jemari mungil yang menyisir surai legam uyok yang kembali basah akibat peluh, “ayo jalan masing-masing, yok.” ucap camin diiringi dengan senyuman tulus.
camin gabutuh apa-apa, camin cuma butuh uyok ada.
tapi nyatanya uyoknya sudah tidak ada.
“maaf.” air mata pria yang lebih besar jatuh perlahan, tangan camin yang semula ada di kepala uyok berpindah mengusap air matanya.
“jangan nangis.”
“maaf aku udah terbiasa bisa tanpa kamu.” ujar uyok, menyesal.
“it tooks you lots of time ya, yok.”
“aku gamau kehilangan kamu.”
“kamu udah kehilangan aku dari lama yok, mungkin yang terbaik sekarang kamu gapai dulu semua mimpi kamu, kamu gaperlu lagi janji ke aku untuk pulang, tempat kamu di sini.
“can i go back to you after that?“
“jangan jadi lebih egois dari ini yok.”
“maaf dan makasih, aku sayang kamu.”
camin menggeleng perlahan sebelum menjawab, “kalau sayang, kamu gak akan pergi, kamu cuma lupa sama rasanya hidup yang bener-bener gak ada akunya, kita udah sama-sama dari SMA, wajar kalau kamu mikir kaya gitu, sekarang kamu udah bisa tanpa aku, lepasin aku ya? biar aku bisa ngelepasin kamu juga.”
uyok mengangguk masih dengan air mata yang berlinang di kedua matanya, “semoga kamu bahagia selalu.”
“kamu juga.” jawab camin.
gaada benci, yang ada tinggal penyesalan.
bukan penyesalan karena pernah mengiyakan mau menunggu dan berjanji akan kembali, tapi menyesal kenapa semuanya berakhir seperti ini.
mungkin kalau dari awal camin bersikeras tidak membiarkan uyok pergi mereka tidak akan seperti ini.
nyatanya camin bukan orang yang seperti itu.
camin tidak ingin mematahkan sayap uyok padahal uyok bisa terbang bebas.
camin mau uyoknya terbang bebas.
mungkin bukan salah keadaan,
mungkin ada yang salah dari mereka,
mungkin….
coba hilangkan mungkinnya.
bukan salah keadaan,
ada yang salah dari mereka.
dan terlalu terlambat untuk memperbaiki semuanya.