Welcome


“EDGARRRR!!!” seruan Talitha yang menggelegar diseisi ruang IGD. Edgar yang baru saja menginjakan kaki di Lobby pun dapat mendengar seruan Talitha. Dengan tergesa ia berlari menuju ruang IGD.


“Sayanggg!!!” seru Edgar memasuki ruang IGD.


“KEMANA AJA SIH?! LAMA BANGETT!!”


“Maaf sayang.. aku udah ngebut, baret-baret yang si jaguar..”


“KAMU GIMANA SIH?!”


“Maaaffff..”


“Bapak Edgar..” sapa dokter Fadil.


“Dok.. gimana dok?”


“Dedeknya udah nggak betah didalam jadi kita harus segera mengeluarkannya.”


“Bukannya Talitha nggak boleh sampe mules dok?”


“Betul sekali, tapi kalau Tuhan suruh lahir sekarang gimana? Saya kan hanya membantu proses melahirkannya. Semuanya balik ke Atas kan pak?”


“Bener dok.. btw tumben bijak dok? Biasanya banyol.”


“Coba bapak lihat penampilan saya dengan seksama.”


Pakaian yang dikenakan Fadil sudah berantakan pun rambut Fadil.


“He.. he.. Talitha ya dok?”


“Bukan pak macan betina..”


“WOI!! SEMPET NGOBROL LU BERDUA?!”


“Iya sayangg.. aku kan nanya Fadil dulu rulesnya..”


“Sabar Tha.. itu udah gue kasih obat penghilang nyeri, kalau udah berkurang sakitnya baru kita langsung ke ruang operasi ya wak.. asli nggak lagi-lagi dehh gue handle lo (dengan nada berbisik diakhir kalimat.)”


“NGOMONG APAAN LO?!”


“Enggak.. nggak ngomong apa-apa. Tanya aja Edgar.”


“Tenang dong sayang.. jangan marah-marah.. nanti tekanan darah kamu naik malah repot..”


Fadil, dokter Sp.Og Talitha. Dokter yang ditunjuk langsung oleh keluarga Edgar yang mana pemilik setengah dari saham rumah sakit Neo. Fadil merupakan saudara jauh Edgar, dokter yang cukup asyik, jadi Talitha dan Edgar pun nyaman. Pada saat datang tadi Fadil menjadi bulan-bulanan Talitha yang meluapkan rasa sakitnya dengan menarik-narik baju Fadil, meremat surai rambut Fadil hingga rambut Fadil berantakan. Penampilan Fadil sungguh amat berantakan, seperti habis berkelahi.


Kembali ke Edgar, Edgar hampiri Talitha. Edgar peluk erat tubuh sang istri ia kecup kening Talitha. Talitha yang sedari tadi membara dikuasai emosi, berada dalam dekap sang suami tercinta, seketika emosinya mereda. Talitha peluk erat tubub Edgar.


“Garrr.. sakitt..”


“Iya sayang.. maaf ya aku bikin kamu sakit.. tahan ya sayang.. sebentar lagi.. infusnya habis, kamu istirahat sebentar.. baru kita keruang operasi.”


“Kamu ikutkan?”


“Aku disamping kamu terus sayang. Nggak akan kemana-mana.”


“Kamu hebat banget sayang.. i love you..”


“Garrr..” Talitha mulai terisak.


Kedua pasangan yang biasa rusuh mendadak berubah menjadi pasangan romantis. Sebelum Talitha hamil ya, mereka pasangan yang terkadang romantis terkadang rusuh. Semenjak kehamilannya Talitha lebih sering emosian, sangat teramat sensitif.


Tiga jam lamanya Edgar menemani Talitha hingga infus tersebut habis. Saat ini mereka sudah berada di ruang bersalin, kepas VIP. Kondisi Talitha sudah sedikit lebih tenang, Fadil pun kembali memeriksa kondisi Talitha.


“Aman semua, istirahat tiga puluh menit ya Tha. Gue sama team siapin buat op lu.”


Talitha hanya mengangguk.


Edgar tidak bergeser sedikitpun dari Talitha, saat Talitha kesakitan diawal Edgar juga ikut menitikan air matanya. Sampai saat ini mata Edgar masih berkaca-kaca. Ia yang senantiasa melandaskan pada wajah Talitha.


“Kuat ya sayang..” pinta Edgar.


“Iyaa sayang.. kamu nggak boleh pergi ya,” sahut Talitha.


“Aku disini aja sayang.”


“Anak-anak daddy, anteng sebentar ya. Kasian mommynya kewalahan sama kalian.”


“Mommy sama daddy udah nggak sabar mau ketemu kalian. Sampai bertemu sebentar lagi ya.”


Cup


Edgar kecup perut buncit Talitha.


“Sayangg.. kamu udah dapet nama buat anak-anak?”


“Udah dong.. Tara Mahendaru dan Tora Mahendaru. Gimana?”


Talitha hanya mampu mengangguk. Tidak lama beberapa orang perawat datang mengganti pakaian Talitha, untuk bersiap berpindah ruangan operasi. Edgar pun ikut berganti pakaian. Talitha dipindahkan ketempat tidur operasi. Edgar ikut berjalan menuju ruang operasi, keluar ruang bersalin mereka disambut oleh keluarga Edgar dan Talitha, serta Kun yang sudah berada didepan.


“Mamii..” seru Talitha memanggil sang Ibu dan ibu mertua. Kedua orang ibu tersebut pun menghampiri Talitha mendoakan dan memberikan dukungannya pada Talitha.


“Gar.. harus kuat! Temenin Talitha sampai beres!” pesan kedua orang ayah yang berada dihadapannya. Ayahnya sendiri dan ayah mertuanya.


“Cuii.. buru!!” seru Fadil.


“Edgar sama Talitha masuk dulu ya, mami.. papi, bang .. minta doanya semoga dilancarin semuanya.. aminn..”


“Aminn.. sambil doa juga ya kalian didalam.”


“Iya mi..”


Keduanya pun bersama beberapa perawat berjalan menuni ruang operasi. Masuk kedalam ruang operasi, Edgar duduk disamping Talitha tepatnya dibagian kepala Talitha. Talitha lebih dahulu disuntik oleh ahli anastesi, ketika badannya sudah merasa terbius. Barulah operasi dimulai. Kedua tangan Talitha direntakan, tiga jarum infus menusuk pergelangan tangan Talitha. Edgar dengan setia mengusap kepala Talitha, mengucap kening Talitha, keduanya tidak hentinya merapalkan doa dalam hati mereka. Air mata senatiasa meniti disetiap detiknya.


Operasi baru berjalan beberapa menit.


Oekkk.. Oekkk..


“Garr..”


“Udah lahir sayangg.. sabar ya sayangg.. baru kakak yang keluar..”


“Nahh.. sudah lahir anak laki-laki.. pada pukul 18.35, putra dari bapak Edgar dan Ibu Talitha.”


Air mata bahagia pun tercurah.. tapi perjuangan Talitha belum usai masih sang princess yang belum keluar. Tora nama bayi laki-laki tersebut langsung dihandle oleh para perawat ahli, membersihkan tubuh sang bayi serta menimbangnya lebih dahulu.


“Oeeekkk.. Oekkk..”


Selang sepuluh menit sang bayi perempuan pun terlahir, Tara. Tara pun dibersihkan terlebih dahulu oleh para suster. Baru setelahnya kedua bayi tersebut diletakan diatas buah ada Talitha.


“Anak mommy..” ucap Talitha seraya menangis..


“Anak mommy sama daddy..” ucap Edgar seraya mengecup kepala kedua bayi mungil tersebut.


Bonding, dan mengenalkan puting pada kedua bayi mungil tersebut. Yang langsung disesap dengan baik pleh kedua bayi tersebut. Tidak lama, lalu para perawat sudah harus membawa para bayi tersebut keruang perawatan untuk diperiksa lebih lanjut. Meninggalkan Talitha dan Edgar.


“Gar.. ikutin anak-anak..”


“Nggak! Aku disini sampai selesai!”


“Bleeding dok..”


“Kasa!”


“Gar.. aku nggak apa, liatin anak-anak.”


Bukannya menjawab Edgar malah menangis, memeluk wajah Talitha.


“Tha lo jangan sampe tidur!” titah Fadil.


“Sayang..”


“Aku nggak apa, Garrr.”


Edgar menggelengkan kepalanya. Air matanya terus meniti. Sementara Talitha yang mulai kehabisan tenaga, mulai mengantuk.


“Thaa!!! Jangan tidur!!”


“Aku ngantuk Gar..”


“Thaa!!”


“Aku masih denger Gar.. mata ku berat banrt Garr..”


“Tha!! Jangan macem-macem!! Atau aku bakal marah sama kamu!!”


“Garr serius aku ngantuk banget!!”


“Belum boleh tidur Tha!!”


“Dill gue ngantuk!!”


“Lu tidur gue gampar ya Tha!!”


“Sayangg…” Talitha merajuk. Dirinya sudah benar-benar merasa mengantuk.


“Sabar sebentar lagi ya.. pleasee Tha aku mohon!! Tahan sebentar aja ya!!”


“Aku ngantukkkk..” ucap Talitha lirih, sembari terisak.


“Thaa..”


“Dahh.. udah beress!! Hufffttt!!”


“Dill.. sini deh,” panggil Talitha.


Plak


“Adohhh!!”


“Gue ngantuk bego! Bukan mau mati!!”


“Lu tadi pendarahan bego!!”


“Ohh.. tapi udah bereskan?!”


“Udah lah, siapa dulu dokternya?”


“Thank you Dilll.. thank you berat..”


“Udah kan nih? Gue boleh tidur?”


“Boleh, tidur deh lu sampe bego!”


“Dil..”


“Tuhannn!! Apa lagi!”


“Sorry, and thanky you.”


“Gitu dong cakep kan.. sama-sama..”


“Sayang minta diskon..”


“Yeeu.. dasar geblek..”


“Hahaha.. udeh ahh.. gue masih deg-degan ini..”


“Udah ink Talitha mau dibersihin terus dipindahin.”


“Ok, gue ngikut.”


“Bucin!!”


“Bodo yeeu..”


Fadil pun beranjak dari ruangan operasi diikuti oleh beberapa perawat yang juga memindahkan Talitha menuju ruang recovery, baru setelahnya dirinya dipindahkan menuju ruang rawat. Talitha yang sudah tertidur hanya pasrah digantikan pakaian, di pindahkan. Edgar masih terus berada disampingnya tanpa lelah. Hingga Talitha dipindahkan menuju kamar rawat dan kedua orang tua dari Talitha dan Edgar sudah menunggu-nunggu. Semuanya tampak bahagia menyambut Talitha dan Edgar. Talitha masih terlelap. Semuanya pun mengucapkak selamat pada Edgar.